penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran PKn
(Penelitian Tindakan Kelas Pada
Siswa Kelas VIIIA SMPN SATAP RIMBA KARYA
dalam bahan ajar Pancasila
sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara)
PROPOSAL
PENELITIAN
TINDAKAN KELAS
Disusun oleh :
Euis Nurlaela. MM.Pd
SEKOLAH
MENENGAH PERTAMA NEGERI SATAP RIMBA KARYA
KEC.
CIPEUNDEUY KAB. BANDUNG BARAT
2012
HALAMAN PENGESAHAN
1.
Judul :
“Penerapan Metode Tanya Jawab Dengan Variasi Media Pembelajaran Terhadap
Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PKN Pada Siswa Kelas VIII-A SMPN Satap Rimba Karya, Kab. Bandung
Barat”.
2. Identitas Peneliti :
Nama : Euis
Nurlaela.MM.Pd
NIP :
-
Jabatan / Gol :
-
Unit Kerja :
SMPN Satap Rimba Karya, Kab. Bandung
Barat
Disetujui dan disahkan :
Tanggal : 5 Desember 2012
Mengetahui:
Peneliti,
Kepala
SMPN Satap Rimba Karya
KHIDIK ABDUL KHOHAR, S.Pd
EUIS NURLELA,
S.Pd, MM.Pd
NIP.
19620206198603100
Mengetahui:
Pembimbing LPMP JABAR,
IDRIS
APANDI, M.Pd.
NIP.
198003152002121002
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan laporan hasil Penelitian Tindakan Kelas yang diberi
judul “penerapan Metode Tanya Jawab
dengan variasi media pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa
dalam mata pelajaran PKn(Penelitian Tindakan Kelas Pada Siswa
Kelas VIII-A SMPN SATAP RIMBA KARYA dalam bahan ajar Pancasila sebagai Dasar
Negara dan Ideologi Negara)”
Tujuan penyusunan laporan PTK ini
adalah untuk memberikan informasi beberapa temuan yang telah diperoleh sehingga
dapat dijadikan bahan kajian rekan-rekan guru dalam menyampaikan bahan
pelajaran PKn, khususnya dalam materi “Pancasila sebagai Dasar Negara dan
Ideologi Negara”.
Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah turut aktif
dalam pelaksanaan PTK dan dalam penyusunan laporan ini. Semoga kebaikannya
dapat diterima sebagai amal kebaikan di sisi Allah SWT.
Penulis menyadari bahan PTK ini masih
memiliki bebagai kekurangan Namun demikian, penulis mengharapkan semoga laporan
PTK ini memiliki manfaat yang sebesar-besarnya.
Bandung Barat, November
2012
Peneliti,
Euis
Nurlaela, MM.Pd
DAFTAR ISI
Hal
|
||
Lembaran
Pengesahan ……………………………………………………..
|
i
|
|
Kata
Pengantar ……………………………………………………………....
|
ii
|
|
Daftar
Isi ………………………………………………………………………...
|
iii
|
|
ABSTRAK
…………………………………………………………………………..
|
iv
|
|
BAB I
|
PENDAHULUAN
|
|
A. Latar Belakang
Masalah …………………………………………...
|
1
|
|
B. Permasalahan Dan
Pemecahan Masalah ………………………….
|
2
|
|
C. Rumusan Masalah
…………………………………………………
|
2
|
|
D. Tujuan
Penelitian ………………………………………………….
|
2
|
|
E. Manfaat
Penelitian …………………………………………………
|
3
|
|
F. Hipotesis
Tindakan ………………………………………………...
|
3
|
|
BAB II
|
LANDASAN TEORI
|
|
A. Hakekat Pembelajaran …………………………………………….
|
4
|
|
B. Hakekat Metode Tanya Jawab ……………………………………
|
11
|
|
BAB III
|
METODELOGI PENELITIAN
|
|
A. Metode Penelitian ………………………………………………...
|
14
|
|
B. Lokasi, Subjek dan Objek penelitian ……………………………..
|
14
|
|
C. Waktu Penelitian
………………………………………………….
|
14
|
|
D. Teknik Pengumpulan Data ………………………………………..
|
16
|
|
E. Teknik Analisis Data ………………………………………………
|
17
|
|
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………………..
|
18
|
|
ABSTRAK
penerapan stimulus “membuat karangan” dan
“menggambar” DENGAN Metode Tanya Jawab TERHADAP peningkatan hasil belajar
siswa dalam pembelajaran
PKn (Penelitian
Tindakan Kelas Pada Siswa Kelas VIII-A SMPN SATAP RIMBA KARYA dalam bahan ajar Pancasila
sebagai Dasar Negara dan Ideologi Negara)
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya prosentase
ketercapaian atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diperioleh siswa kelas
VIII SMPN SATAP RIMBA KARYA. Dari jumlah
siswa 36 orang yang mengikuti post tes pada bahan ajar Pancasila sebagai
Dasar Negara dan Ideologi Negara dengan pembelajaran model Cooperatif
Leraning, hanya 17 orang yang dapat dinyatakan lulus (47,22%) dan sisanya
sekitar 19 orang dinyatakan belum lulus (52,78%). Data tersebut menunjukkan
bahwa hasil belajar dalam bahan ajar tersebut dapat dinyatakan belum tuntas.
Ketidaktuntasan tersebut terlihat dari bukti prosentase kelulusan seluruh siswa
hanya mencapai 47,22%. Prosentase tersebut jauh dari prosentase ideal antara
80% - 100%.Bahkan prosentase kelulusan tersebut ternyata lebih kecil daripada
prosentase ketidaklulusan.Oleh karena itu, untuk kasus tersebut perlu diadakan
remedial klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini penulis lakukan
melalui kegiatan penelitian tindakan kelas.
Rumusan permasalahan penelitian ini adalah: “Bagaimana penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi
media pembelajaran terhadap peningkatan hasil belajar siswa dalam mata
pelajaran PKn khusus dalam materi Ideologi Pancasila pada siswa kelas VIIIA
SMPN SATAP RIMBA KARYA, Cipeundeuy.”
Adapun tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
(1)
untuk mengetahui penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media
pembelajaran dalam pembelajaran PKn.
(2)
untuk mengetahui efektivitas penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi
media pembelajaran dalam pembelajaran PKn terhadap peningkatan hasil belajar
siswa;
Hasil
pelaksanaan penelitian tindakan kelas yang berlangsung dalam 3 siklus
penelitian dapat disimpulkan:
1. Selama berlangsung
PTK, upaya penerapan metode Tanya Jawab dangan variasi media pembelajaran
telah dikelola dengan baik.
2. Kegiatan
pembelajaran dengan metode Tanya Jawab dengan variasi media yang dikelola
dengan baik ternyata cukup efektif terhadap peningkatan hasil belajar siswa
3. Media pembelajaran membuat
karangan dan menggambar yang divariasikan dengan Metode Tanya Jawab
ternyata cukup efektif untuk menyampaikan materi Pancasila sebagai Dasar
Negara dan sebagai Ideologi Negara.
4. Hipotesis tindakan
yang menyatakan “apabila upaya penerapan metode Tanya Jawab dangan
variasi media pembelajaran dapat berjalan efekltif, maka hasil belajar siswa
akan meningkat” dapat diterima.
Kata Kunci: Upaya, stimulus, dan Metode Tanya Jawab
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tugas seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran
kepada siswa tidaklah mudah. Guru harus memiliki berbagai kemampuan yang dapat
menunjang tugasnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai. Salah satu kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru dalam meningkatkan kompetensi profesinya
ialah kemampuan mengembangkan model pembelajaran.
Dalam mengembangkan model pembelajaran seorang guru
harus dapat menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi siswa,
materi pelajaran, dan sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai
beberapa jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar
dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, khususnya dalam
pembelajaran PKn di daerah-daerah yang sumber daya manusianya masih kurang,
guru mengalamai kesulitan dalam mengembangkan model pembeajaran Cooperatif
Learning. Ini pun terjadi di SMPN SATAP RIMBA KARYA pada kelas VIII dari jumlah
siswa 36 orang yang mengikuti post tes pada materi Ideologi Pancasila dengan
pembelajaran model Cooperatif Leraning, hanya 17 orang yang dapat dinyatakan
lulus (47,22%) dan sisanya sekitar 19 orang dinyatakan belum lulus (52,78%).
(Data selangkapnya dapat dilihat pada tabel di lampiran).
Data tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar PKn pada kelas
VIII materi Ideologi Pancasila dapat dinyatakan belum tuntas. Ketidaktuntasan
tersebut terlihat dari bukti prosentase kelulusan seluruh siswa hanya mencapai
47,22%. Prosentase tersebut jauh dari prosentase ideal antara 80% - 100%.Bahkan
prosentase kelulusan tersebut ternyata lebih kecil daripada prosentase
ketidaklulusan.Oleh karena itu, untuk kasus tersebut perlu diadakan remedial
klasikal. Proses remedial klasikal dalam kasus ini penulis lakukan melalui
kegiatan penelitian tindakan kelas.
Dalam rangka meningkatan prosentase kelulusan atau hasil
belajar siswa kelas VIII tersebut, tentunya guru dituntut merancang model
pembelajaran yang lebih tepat serta penerapan media pembelajaran yang variatif.
Berdasarkan kenyataan itulah penulis (guru) mencoba mengadakan PTK melalui
penerapan model pembelajarn questioning dengan berbagai variasi media
pembelajaran.
B.
Permasalahan Dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan uraian di atas permasalahan yang teridentifikasi
dalam penelitian ini adalah:
1. Hasil pembelajaran
materi Ideologi Pancasila dalam mata pelajaran PKn Kelas VIIISMPN SATAP RIMBA
KARYA dengan model pembelajaran Cooperatif Learning masih kurang
memuaskan.
2. Terdapat banyak
factor yang menyebabkan hasil belajar kurang optimal. Salah satu penyebabnya
adalah ketidaktepataan penggunaan model Cooperatif Learining dalam pembelajaran
materi Ideologi Pancasila pada kelas VIIISMPN SATAP RIMBA KARYA.
3. Perlu adanya model
pembelajaran lain yang digunakan untuk peningkatan hasil belajaran PKn dalam
materi Ideologi Pancasila di kelas VIIISMPN SATAP RIMBA KARYA, yang salah
satunya adalah penerapan Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran.
C.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, rumusan masalah dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. apakah melalui upaya penerapan metode Tanya
jawab bervariasi hasil belajar siswa akan meningkat?
2. “Penerapan Metode Tanya Jawab dengan
variasi media pembelajaran supaya bisa meningkatan hasil belajar siswa dalam
mata pelajaran PKn ”
3. seberapa besar pengaruh metode
tanya jawab dengan variasimedia
pembelajaran berpengaruh terhadap hasil belajar siswa/?
D.
Tujuan Penelitian
Tujuan kegiatan penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. untuk mengetahui pengaruh penerapan
Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran dalam pembelajaran PKn.
2. untuk mengetahui efektivitas penerapan
Metode Tanya Jawab dengan variasi media pembelajaran dalam pembelajaran
PKn terhadap peningkatan hasil belajar siswa;
3. untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh metode Tanya jawab dengan variasi media pembelajaran bias meningkatkan
hasil belajar siswa dalam pelajaran PKn.
E.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat yang diharapkan dari kegiatan penelitian tindakan kelas ini
adalah:
1.
Bagi Siswa
·
Dapat dijadikan sebagai pengalaman belajar yang lebih
menyenangkan dan lebih variatif
·
Dapat meningkatkan minat dan motifasi siswa untuk
mempelajari materi pelajaran PKN
·
Melatih siswa agar terbiasa aktif dalam proses pembelajaran
·
Meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
2.
Bagi Guru
·
Merupakan alat untuk mengembangkan diri sebagai guru yang
profesional
·
Mengembangkan berbagai metode pembelajaran yang lebih
menarik dan menyenangkan siswa
·
Dapat meningkatkan variasi dalam kegiatan pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
3.
Bagi Sekolah
·
Dapat dijadikan sebagai bahan kajian dalam melakukan
perencanaan dan pengembangan sekolah
·
Dapat meningkatkan kompetensi siswa
·
Meningkatkan kualitas lulusan
·
Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan
kualitas tenaga pendidik dan kependidikan
·
Dapat meningkatkan prestasi dan kualitas sekolah
F. Hipotesis Tindakan
Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis sebagai
berikut :
“Penerapan
Metode Tanya Jawab Dengan Variasi Media Pembelajaran Terhadap Peningkatan Hasil
Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran PKN”
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A.
Hakekat Pembelajaran
1)
Pengertian Pembelajaran
Pembicaraan
tentang pembelajaran tidak bisa dilepaskan dari istilah kurikulum dan
pengertiannya. Secara singkat hubungan keduanya dapat dipahami sebagai berikut:
pembelajaran merupakan wujud pelaksanaan (implementasi) kurikulum., atau
pembelajaran ialah kurikulum dalam kenyataan implementasinya.
Munandir
(2000:255) memberikan batasan mengenai pembelajaran sebagai berikut:
“Pembelajaran ialah hal membelajarkan, yang artinya mengacu ke segala daya
upaya bagaimana membuat seseorang belajar, bagaimana menghasilkan peristiwa
belajar di dalam diri orang tersebut.
Selanjuntnya
Gagne dalam Munandir (2000:256) menjelaskan bahwa:
“Pembelajaran tersusun atas seperangkat
peristiwa (event) yang ada di luar diri si belajar, diatur untuk maksud
mendukung proses belajar yang terjadi dalam diri si belajar tadi.
Peristiwa-peristiwa pembelajaran itu adalah: (1) menarik (membangkitkan)
perhatian, (ii) memberitahukan tujuan belajar, (iii) mengingat kembali hasil
belajar prasyarat (apa yang dipelajari), (iv) menyajikan stimulus, (v)
memberikan bimbingan belajar, (vi) memunculkan perbuatan (kinerja) belajar,
(vii) memberikan balikan (feedback), (viii) menilai kinerja belajar, dan
meningkatkan retensi dan transfer.”
Berdasarkan hal tersebut, terkandung pengertian bahwa pembelajaran bisa
berlangsung tanpa kehadiran guru. Kalaupun guru hadir, ia bukan seorang
“penyampai bahan”, atau “penyaji materi”, melainkan sekedar media, guru adalah
media, dan ia salah satu saja dari media pembelajaran. Pembelajaran tanpa
seorang guru mengasumsikan kemandirian dan otoaktivitas siswa selaku pebelajar.
Selanjutnya Depdiknas (2002:9) memberikan definisi pembelajaran sebagai
berikut:
“Pembelajaran adalah suatu
sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajar yang direncanakan atau
didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subyek
didik/pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien. Dengan demikian, jika pembelajaran dipandang sebagai suatu
sistem, maka berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang
terorganisir antara lain tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, strategi dan
metode pembelajaran, media pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,
evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya jika
pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan
rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangkaian upaya atau kegitan guru
dalam rangka membuat siswa belajar.
Berdasarkan
analisis teori-teori di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu sistem atau proses yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka
menghasilkan terjadinya peristiwa belajar pada diri siswa untuk mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran.
2)
Perencanaan Pembelajaran
Sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran, langkah awal yang dilakukan guru adalah
menyusun perencanaan pembelajaran secara tertulis yang dituangkan dalam silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Silabus pada hakekatnya adalah rencana
pembelajaran pada suatu kelompok mata pelajaran yang merupakan penjabaran
dari standar kompetensi dan kompetensi dasar. Hal ini sebagaimana dinyatakan
dalam buku Panduan Penyusunan KTSP BNSP (2006:14), sebagai berikut:
Silabus adalah rencana pembelajaran
pada suatu dan/atau kelompok mata pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus
merupakan penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi
untuk penilaian.
Berdasarkan uraian di atas komponen
silabus harus memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu,
dan sumber/bahan/alat belajar.
Dalam menyusun silabus guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip pengembangan silabus. BNSP (2006:10-11) telah
menetapkan penyusunan silabus, yakni:
1)
Ilmiah
Keseluruhan materi dan kegiatan yang
menjadi muatan dalam silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
2)
Relevan
Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran
dan urutan penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
3)
Sistematis
Komponen-komponen silabus saling
berhubungan secara fungsional dalam mencapai kompetensi.
4)
Konsisten
Adanya hubungan yang konsisten (ajeg,
taat asas) antara kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman
belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian.
5)
Memadai
Cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar.
6)
Aktual dan Kontekstual
Cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian memperhatikan
perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir dalam kehidupan nyata, dan
peristiwa yang terjadi.
7)
Fleksibel
Keseluruhan komponen silabus dapat
mengakomodasi keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
8)
Menyeluruh
Komponen silabus
mencakup keseluruhan ranah kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
Adapun langkah-langkah pengembangan
atau penyusunan silabus, adalah:
1. Mengkaji Standar Kompetensi dan
Kompetensi Dasar
Mengkaji
standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran sebagaimana tercantum
pada Standar Isi, dengan memperhatikan hal-hal berikut:
a. urutan berdasarkan hierarki konsep
disiplin ilmu dan/atau tingkat kesulitan materi,tidak harus selalu sesuai dengan urutan yang ada di
SI;
b. keterkaitan antara standar
kompetensi dan kompetensi dasar dalam mata pelajaran;
c. keterkaitan antara
standar kompetensi dan kompetensi dasar antarmata pelajaran.
2. Mengidentifikasi
Materi Pokok/Pembelajaran
Mengidentifikasi materi
pokok/pembelajaran yang menunjang pencapaian kompetensi dasar dengan
mempertimbangkan:
a.
potensi peserta didik;
b.
relevansi dengan karakteristik daerah,
c.
tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial, dan spritual
peserta didik;
d.
kebermanfaatan bagi peserta didik;
e.
struktur keilmuan;
f.
aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;
g.
relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan lingkungan; dan
h.
alokasi waktu.
3. Mengembangkan
Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran
dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan
fisik melalui interaksi antarpeserta didik, peserta didik dengan guru,
lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian kompetensi
dasar. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat terwujud melalui penggunaan
pendekatan pembelajaran yang bervariasi dan berpusat pada peserta didik.
Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta
didik.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.
a. Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan kepada para
pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara
profesional.
b. Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh
peserta didik secara berurutan untuk mencapai kompetensi dasar.
c. Penentuan urutan kegiatan pembelajaran harus sesuai dengan hierarki konsep
materi pembelajaran.
d. Rumusan pernyataan
dalam kegiatan pembelajaran minimal mengandung dua unsur penciri yang
mencerminkan pengelolaan pengalaman belajar siswa, yaitu kegiatan siswa dan
materi.
4. Merumuskan
Indikator Pencapaian Kompetensi
Indikator merupakan penanda pencapaian
kompetensi dasar yang ditandai oleh perubahan perilaku yang dapat diukur yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Indikator dikembangkan sesuai dengan
karakteristik peserta didik, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah
dan dirumuskan dalam kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat
diobservasi. Indikator digunakan sebagai dasar untuk menyusun alat penilaian.
5. Penentuan
Jenis Penilaian
Penilaian pencapaian kompetensi dasar
peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan
menggunakan tes dan non tes dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan
kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek dan/atau
produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri.
Penilaian merupakan
serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis
dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam
pengambilan keputusan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam penilaian.
a. Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian kompetensi.
b. Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan
apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran,
dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.
c. Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang
berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian
hasilnya dianalisis untuk menentukan kompetensi dasar yang telah dimiliki dan
yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan siswa.
d. Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak
lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran berikutnya, program
remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah kriteria
ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi
kriteria ketuntasan.
e. Sistem
penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman belajar yang ditempuh dalam
proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas
observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses (keterampilan
proses) misalnya teknik wawancara, maupun produk/hasil melakukan observasi
lapangan yang berupa informasi yang dibutuhkan.
6. Menentukan Alokasi Waktu
Penentuan alokasi waktu
pada setiap kompetensi dasar didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi
waktu mata pelajaran per minggu dengan mempertimbangkan jumlah kompetensi
dasar, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan kompetensi
dasar. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan perkiraan
waktu rerata untuk menguasai kompetensi dasar yang dibutuhkan oleh peserta
didik yang beragam.
7. Menentukan Sumber Belajar
Sumber belajar adalah rujukan, objek
dan/atau bahan yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media
cetak dan elektronik, narasumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan
budaya.
Penentuan sumber belajar didasarkan
pada standar kompetensi dan kompetensi dasar serta materi pokok/pembelajaran,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi.
Selain
membuat silabus guru wajib membuat Rencana Pelaksnaan Pembelajaran. RPP pada
hakikatnya adalah proyeksi tentang apa yang harus dilakukan guru pada waktu
melaksanakan kegiatan pembelajaran, tidak lain adalah perbuatan atau tingkah
laku mengajar. Perbuatan mengajar dalam hal ini guru melaksanakan menentukan
metode yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, sehingga dapat
mempengaruhi siswa secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah direncanakan. Dengan demikian RPP sesungguhnya
merupakan dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Buku Panduan Penyususanan
RPP (BNSP,2006), sebagai berikut:
RPP
merupakan pegangan bagi guru dalam melaksanakan pembelajaran baik di kelas,
laboratorium, dan/atau lapangan untuk setiap Kompetensi dasar. Oleh karena itu,
apa yang tertuang di dalam RPP memuat hal-hal yang langsung berkait dengan
aktivitas pembelajaran dalam upaya pencapaian penguasaan suatu Kompetensi
Dasar.
Menurut Buku Panduan Penyusunan RPP dari BNSP, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk satu Kompetensi Dasar. Artinya,
satu kompetensi dasar minimal memiliki
satu RPP. Adapun langkah-langkah dalam Penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (BNSP, 2006) adalah sebagai berikut:
A. Mencantumkan identitas
Pada
bagian ini harus mencantumkan nama sekolah, mata
pelajaran, kelas/semester, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator dan
alokasi waktu
B. Mencantumkan Tujuan Pembelajaran
Tujuan Pembelajaran berisi penguasaan kompetensi yang operasional yang
ditargetkan/dicapai dalam rencana pelaksanaan pembelajaran. Tujuan pembelajaran
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang operasional dari kompetensi
dasar.Apabila rumusan kompetensi dasar
sudah operasional, rumusan tersebutlah yang dijadikan dasar dalam merumuskan
tujuan pembelajaran.Tujuan pembelajaran dapat terdiri atas sebuah tujuan atau
beberapa tujuan.
C. Mencantumkan Materi Pembelajaran
Materi
pembelajaran adalah materi yang digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Materi pembelajaran dikembangkan dengan mengacu pada materi pokok
yang ada dalam silabus.
D. Mencantumkan Metode Pembelajaran
Metode
dapat diartikan benar-benar sebagai metode, tetapi dapat pula diartikan sebagai
model atau pendekatan pembelajaran, bergantung pada karakteristik pendekatan
dan/atau strategi yang dipilih.
E. Mencantumkan Langkah-langkah Kegiatan
Pembelajaran
Untuk
mencapai suatu kompetensi dasar harus dicantumkan langkah-langkah kegiatan
setiap pertemuan.Pada dasarnya, langkah-langkah kegiatan memuat unsur kegiatan
pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.Akan tetapi,
dimungkinkan dalam seluruh rangkaian kegiatan, sesuai dengan karakteristik
model yang dipilih, menggunakan urutan sintaks sesuai dengan modelnya.Oleh
karena itu, kegiatan pendahuluan/pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
tidak harus ada dalam setiap pertemuan.
F. Mencantumkan Sumber Belajar
Pemilihan
sumber belajar mengacu pada perumusan yang ada dalam silabus yang dikembangkan
oleh satuan pendidikan. Sumber belajar mencakup sumber rujukan,
lingkungan, media, narasumber, alat, dan bahan.Sumber belajar dituliskan secara
lebih operasional. Misalnya, sumber belajar dalam silabus dituliskan buku
referens, dalam RPP harus dicantumkan judul buku teks tersebut, pengarang, dan
halaman yang diacu.
G. Mencantumkan Penilaian
Penilaian
dijabarkan atas teknik penilaian, bentuk instrumen, dan instrumen yang dipakai
untuk mengumpulkan data.Dalam sajiannya dapat ituangkan dalam bentuk matrik
horisontal atau vertikal. Apabila penilaian menggunakan teknik tes
tertulis uraian, tes unjuk kerja, dan tugas rumah yang berupa proyek harus
disertai rubrik penilaian.
B. Hakekat Metode Tanya Jawab
1.
Pengertian Metode Tanya Jawab
Adapun yang dimaskud metode tanya jawab adalah cara
penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab, terutama dari
guru kepada siswa, siswa kepada guru, atau dari siswa kepada siswa. Hal
ini sejalan dengan pendapat Sudirman (1987:120) yang mengartikan bahwa:
“metode
tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus
dijawab, terutama dari guru kepada siswa, tetapi dapat pula dari siswa
kepada guru.”
Lebih lanjut dijelaskan pula oleh Sudirman
(1987:119) menyatakan bahwa metode tanya jawab ini dapat dijadikan
sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk mengadakan penelusuran
lebih lanjut (dalam rangka belajar) kepada berbagai sumber belajar seperti
buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video,
masyarakat, alam, dan sebagainya.
Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
metode Tanya Jawab adalah suatu model pembelajaran yang dilakukan dengan
mengedepankan pertanyaan-pertanyaan baik yang dibuat oleh siswa sendiri maupun
oleh guru yang bertujuan mengarahkan siswa untuk memahami materi pelajaran
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Manfaat Penggunaan Metode Tanya Jawab
Penggunaan metode Tanya Jawab dengan baik dan tepat,
akan dapat merangsang minat dan motivasi siswa dalam belajar. Beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam penggunaan metode Tanya Jawab adalah:
1). Materi menarik dan
menantang serta memiliki nilai aplikasi tinggi.
2). Pertanyaan
bervariasi, meliputi pertanyaan tertutup (pertanyaan yang jawabannya hanya satu
kemungkinan) dan pertanyaan terbuka (pertanyaan dengan banyak kemungkinan
jawaban).
3). Jawaban pertanyaan
itu diperoleh dari penyempurnaan jawaban-jawaban siswa.
4). Dilakukan dengan
teknik bertanya yang baik. (Depdikbud, 1996:26).
Adapun manfaat penerapan metode Tanya Jawab dalam
sebuah pembelajaran yang produktif menurut buku Panduan CTL Direktirat PLP
adalah, untuk
a) menggali
informasi, baik administrasi maupun akademis
b) mengecek pemahaman
siswa
c) membangkitkan
respon kepada siswa
d) mengetahui
sejauhmana keingintahuan siswa
e) mengetahui hal-hal
yang sudah diketahui siwa
f) menfokuskan
perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru
g) untuk
membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dari siswa untuk menyegarkan kembali
pengetahuan siswa.
3.
Langkah-langkah Penerapan Metode Tanya Jawab
Beberapa model penerapan metode Tanya Jawab yang akan
dikembangkan dalam PTK ini adalah:
1.
Model “Pertanyaan Siswa” (Modifikasi model dari
Siberman, 2002)Langkah-langkah (syntak) dalam pengembangan model ini adalah:
a) Bagikan potongan
kertas atau semacam kartu kepada siswa
b) Minta kepada siswa
menulis identitasnya dan membuat sebuah pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran yang sedang dibahas.
c) Setelah selesai,
tukarkan potongan kertas tersebut kepada siswa lain di sampingnya (biasanya
teman sebangku)
d) Minta masing-masing
siswa untuk menuliskan identitas dan memberikan jawaban atas pertanyaan
tersebut (jawaban betul diberi nilai 100), serta memberikan tanda cek (v)
apabila pertanyaan tersebut perlu dibahas lebih lanjut dan memberi tanda silang
(x) apabila pertanyaan tersebut tidak perlu dibahas.
e) Kembalikan
potongan kertas tersebut kepada siswa yang membuat pertanyaan.
Perintahkan kepada siswa untuk menilai jawaban dari temannya (jawaban betul
diberi nilai 100).Selanjutnya setiap pertanyaan siswa yang mendapat tanda cek
(v) diminta untuk dibacakan secara keras.
f) Berikan respon
atau jawaban atas pertanyaan tersebut, namun terlebih dahulu harus memberikan
kesempatan kepada siswa yang untuk menjawabnya (terutama kepada siswa yang
membuat pertanyaan)
g) Buat rangkuman
2.
Model membuat pertanyaan (modifikasi dari model Siberman,
2002)
Langkah-langkah
dalam pengembangan model ini adalah:
a) Bagi siswa dalam
beberapa 6 kelompok
b) Cek kesiapan
siswa, setiap kelompok harus memiliki buku teks pegangan, apabila tidak guru
dapat mempersiapkannya dengan memberikan hasil foto copy atau rangkuman yang
dibuat guru sendiri.
c) Perintahkan kepada
setiap kelompok untuk membuat 5 pertanyaan dan sekaligus jawaban sesuai dengan
materi atau pokok bahasan yang sedang dibahas. (Materi bahasan atau tugas
setiap kelompok berbeda),
d) Adakan kegiatan
kuis yang bertindak sebagai juri adalah kelompok tertentu yang pertanyaan akan
dibacakan, sedangkan kelompok lain sebagai peserta atau yang menjawab
pertanyaan. Setiap kelompok yang dapat menjawab pertanyaan diberi nilai
100.
e) Lakukan secara
bergiliran sampai setiap kelompok mendapat giliran sebagai juri.
f) Buatlah kesimpulan hasil diskusi
Metode Tanya Jawab seperti di atas akan penulis coba
praktekkan dengan menggunakan bantuan media pembelajaran seperti buku paket,
LKS, gambar, guntingan kasus baik dari koran maupun majalah, potongan
kertas, dan berbagai media lainnya yang dipandang perlu dan tersedia.
Langkah-langkah penerapan model pembelajaran dalam prakteknya tentunya mungkin
tidak selalu sama dengan langkah-langkah umum seperti yang telang dikemukakan
di atas. Hal ini akan disesuaikan berdasarkan hasil refleksi antara peneliti
dengan mitra peneliti setelah siklus penelitian dimulai.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
·
Metode penelitian dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
yaitu study yang digunakan untuk menganalisis, mengolah, menafsirkan dan
menyimpulkan data sehingga diperoleh gambaran yang sistematis dalam peningkatan
aktivitas dan hasil belajar.
·
Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan metode yang
dikembangkan oleh Kurl Lewin yang terdiri dari 4 tahap yaitu:
a. perencanaan (Planning)
b. Pelaksanaan Tindakan (Action)
c. Pengamatan (Observing)
d. Refleksi (Reflection)
B. Lokasi, Subjek Penelitian, Objek
Penelitian
1.
Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di
SMP Negeri Satap
Rimba Karya Kec. Cipeundeuy Kab. Bandung Barat.
2.
Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas 8A SMPN SATAP RIMBA KARYA Kec. Cipeundeuy
Kab. Bandung Barat yang berjumlah 36 orang.
3.
Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini
adalah aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. Waktu Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada semester 1 jumlah siklus dalam PTK ini tidak ditentukan sejak
awal, tetapi sangat dipengaruhi oleh data yang diperoleh dan hasil
analisisnya. Apabila data yang diperoleh
sudah memuaskan untuk menjawab permasalahan penelitian, maka siklus penelitian
dianggap selesai.
ALUR
PELAKSANAAN PENELITIAN
STUDI AWAL
IDENTIFIKASI; PERUMUSAN MASALAH DAN
PERENCANAAN UMUM
SIKLUS PERTAMA
RENCANA
TINDAKAN
Diskusi :
- Pers.
Perbaikan Kegiatan KBM (Membuat perencanaan perbaikan)
- Kesepakatan
pelaksanaan obs/ evaluasi/analisis/ refleksi
SIKLUS KEDUA
- Proses pembelajaran menggunakan RPP
- Pengolahan hasil analisis
- Kesimpulan hasil analisis
SIKLUS KEDUA
- Pemberian materi dan pembahasan
- Langkah-langkah pembahasan materi
D.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diperoleh
melalui obeservasi dan catatan data lapangan, wawancara, hasil tes dan
catatan hasil refleksi/diskusi yang dilakukan oleh peneliti dan mitra peneliti.
Penentuan teknik tersebut didasarkan ketersediaan sarana dan prasana dan
kemampuan yang dimiliki peneliti dan mitra peneliti.
Uraian lebih lanjut mengenai teknik-teknik pengumpulan data
tersebut adalah sebagai berikut:
a) Observasi dan catatan data
lapangan
Observasi
dalam kegiatan PTK merupakan kegiatan pengamatan terhadap aktivitas yang
dilakukan guru (peneliti) selama melaksanakan kegiatan belajar mengajar di
kelas. Kegiatan ini dilakukan oleh pengamat yang dalam hal ini adalah
mitra peneliti (Aat Jumiat, S.Ag).
Bentuk
kegiatan observasi yang dilakukan dalam PTK ini menggunkanan model observasi
terbuka.Adapaun yang dimaksud observasi terbuka adalah apabila pengamat atau
observer melakukan pengamatannya dengan mencatatkan segala sesuatu yang terjadi
di kelas.
Hasil
pengamatan dari mitra peneliti selanjutnya dijadikan catatan data lapangan. Hal
ini sesuai dengan pendapat Prof Dr. Rochiati Wiriaatmaja (2005:125) yang
menyatakan: “Sumber informasi yang sangat penting dalam penelitian ini (PTK)
adalah catatan lapangan (field notes) yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti
yang melakukan pengamatan atau observasi”.
b) Wawancara
Wawancara
menurut Denzin dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:117) adalah
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang
dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang
perlu.
Dalam
PTK ini kegiatan wawancara dilakukan oleh peneliti dan dibantu mitra peneliti
kepada beberapa orang siswa (aebagai sampel) yang terlibat dalam kegiatan PTK
ini.
c) Hasil tes
Hasil
tes yang dimaksud adalah hasil berupa nilai yang diperoleh melalui ujian post
tes. Hasil ini dapat dijadikan bahan perbandingan antara hasil post terdahulu
dengan hasil post sebelumnya.
d) Catatan hasil refleksi
Adapaun
yang dimaksud catatan hasil refleksi adalah catatan yang yang diperoleh dari
hasil refleksi yang dilakukan dengan melalui kegiatan diskusi antara peneliti
dan mitra peneliti.Hasil refleksi ini selain dijadikan bahan dalam penyusunan
rencana tindakan selanjutnuya juga dapat digunakan sebagai sarana untuk
mengetahui telah tercapai tidaknya tujuan kegiatan penelitian ini.
E.
Teknik Analis Data
Analisis data dalam PTK ini dilakukan sejak awal, artinya
analisis data dilakukan tahap demi tahap atau siklus demi siklus. Hal ini
sesuai dengan pendapat Miles dan Huberman dalam Rochiati Wiriaatmaja (2005:139)
bahwa “…. the ideal model for data collection and analysis is one that
interweaves them form the beginning”. Ini berarti model ideal dari pengumpulan
data dan analisis adalah yang secara bergantian berlangsung sejak awal.
Kegiatan analisis data akan dilakukan mengacu pada pendapat
Rochiati Wiriaatmaja, (2005:135-151) dengan melakukan catatan refleksi, yakni
pemikiran yang timbul pada saat mengamati dan merupakan hasil proses
membandingkan, mengaitkan atau menghubungkan data yang ditampilkan dengan
data sebelumnya. Gambaran hasil pelaksanaan refleksi tersebut dibuat dalam
bentuk matrik agar terlihat lebih jelas dan mudah dipahami secara substansif.
Berikut
contoh matriks yang akan digunakan:
Tabel-1
CONTOH Matrik Analisis Data
Siklus
Ke …….
Teknik
Pengumpulan Data
|
Deskripsi
pelaksanaan
dan
hasil yang diperoleh
|
Analisis
– Refleksi
|
Observasi
|
||
Wawancara
|
||
Hasil
Tes
|
Kolom deskrispi pelaksanaan dan hasil yang diperoleh akan
diisi data disksripsi pelaksaaan kegiatan observasi itu sendiri (terutama
hambatan-hambatan dalam pelaksaaannya) dan diisi dengan data hasil dari
pelaksanaan kegiatan pengumpulan data dengan teknik tersebut. Sedangkan kolom
analisis dan refleksi diisi dengan data hasil refleksi dan analisis yang
dilakukan melalui kegiatan diskusi anatara peneliti dan mitra peneliti.
DAFTAR PUSTAKA
Surbakti, Ramlan, Ideology Sebagai Dasar Negara, Jakarta : Gramedia Widya Sarana, 1992
Kaelan, 2002, Filsafat dan Bahasa, Masalah dan Perkembangannya,
Yogyakarta: Paradigma.
Ideologi,
Pancasila, dan Konstitusi” Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H, Mahkamah Konstitusi Republik
Indonesia.
Suardi
Abubakar, dkk. 2000.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
2 SMU.Jakarta: Yudhistira www.google.com
trims bisa buat tambah referensi. mohon izin kopi paste
ReplyDeleteok siip
ReplyDeleteberguna sekali :)
ReplyDelete