Tapi  ternyata, pemulung ganteng itu benar ada. Fakta. Bukan hanya 
sekedar  kisah sinetron besutan clan Punjabi. Namanya Wahyudin, biasa 
dipanggil  Wahyu. Dia sendiri pun tidak pernah merasa dirinya ganteng, 
tapi memang  banyak orang yang melihatnya akan bilang dia ganteng! Nah, 
karena  profesinya yang tidak lazim buat cowok ganteng kayak dia, maka 
muncullah  sebutan “si pemulung ganteng!
Mungkin karena kelangkaannya itu  juga, [baca: pemulung ganteng], dua 
hari berturut-turut ini, sosok Wahyu  hadir di televisi. Yang pertama 
muncul kemarin di Hitam Putih dan hari  ini diundang di Show Imah, 
keduanya merupakan program favorit Trans 7.
Wahyudin  memang seorang pemulung. Tapi ia juga seorang mahasiswa. 
Kecerdasan dan  kepercayaan dirinya sangat jelas terlihat di setiap ia 
merespon  pertanyaan yang diajukan host. Dengan banyak mimpi di 
hidupnya, ia mampu  menjadi sosok yang berani, percaya diri dan tidak 
menyerah pada  kehidupan. Memulung sejak usia SD, banyak sudah rasa, 
kisah dan  pengalaman yang ia dapatkan. Benarkah Wahyu tidak pernah 
merasa malu  atau minder dengan aktifitasnya itu? Tidak juga. Sempat 
satu waktu ia  menitikkan air mata ketika melihat seorang pelajar yang 
diantar oleh  mobil jemputan ke rumahnya, sementara ia sedang 
mengais-ngais sampah di  tempat sampahnya. Merasakan nasib yang sangat 
jauh berbeda dengan anak  tersebut.
Namun, tentu kesedihan itu tak pernah ia pupuk. Pada  akhirnya ia bisa 
bersyukur dengan keadaannya saat ini dimana ia  diberikan kesempatan 
untuk menjalani hidup yang keras dan menjadikannya  sosok yang kuat, 
tegar dan percaya diri.
Keinginan belajarnya  juga tak pernah putus. Bagaimana ia memiliki uang 
untuk kuliah?  Sebenarnya ia tidak memilikinya, bahkan ia hanya bisa 
menargetkan untuk  bisa kuliah tahun 2013 ini. Namun, siapa sangka 
justru di tahun inilah  ia akan segera menyelesaikan kuliahnya. Hal itu 
berawal ketika ia tidak  sekolah dan hanya beraktifitas memulung saja. 
Berasa jadi orang bodoh  tanpa berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi 
orang lain, akhirnya ia  berniat untuk menyantuni anak anak yatim di 
sekitar komplek rumahnya.
Mulailah  ia mendata semua anak yatim. Setelah berhasil mendapatkan 
datanya, ia  pun mulai mencanangkan program santunannya. Ia meminta sang
 ibu yang  berjualan gorengan, untuk memperbanyak stok jualannya. 
Gorengan yang  biasanya dijual seharga 500 rupiah per potong, kini ia 
naikkan menjadi  750 rupiah, dengan alokasi dana 250 rupiah untuk 
disumbangkan ke anak  yatim. Ternyata aksinya ini banyak mendapatkan 
orang-orang di sekitar  kompleknya. Tak sedikit yang membeli 3 potong 
dan membayar 20 ribu  rupiah tanpa dikembalikan sisanya.
Akhirnya, target 7 juta untuk  santunan, rencana setiap anak yatim bisa 
mendapat 50 ribu rupiah,  melonjak menjadi hampir 3 kali lipatnya! Ia 
pun menambahkan jumlah  santunan per anaknya menjadi 100 ribu rupiah. 
Maka, niat yang tulus akan  berbuah besar. Maksud hati ingin membantu 
anak yatim, ternyata  memberikan berkah tidak hanya untuk anak yatim 
tersebut, tetapi juga  untuk dirinya sendiri. Ada pihak yang tertarik 
dengan sepak terjangnya  dan menawarkan untuk membantu biaya kuliahnya. 
Bak mendapat durian  runtuh, Wahyu pun segera mendaftar kuliah yang 
sudah tutup  pendaftarannya. Ia pun memaksa petugas registrasi untuk 
memberikan  kesempatan padanya dengan terus berucap bahwa ia seorang 
pemulung yang  ingin kuliah.
Ternyata cita-cita Wahyu tidak hanya sampai disitu  saja. Ia berniat 
melanjutkan kuliahnya ke jenjang S2 dengan konsentrasi  di Pajak. Apa 
yang telah berhasil dilakukan oleh seorang pemulung  seperti Wahyu ini 
tidak terlepas dari niat dan tekad yang kuat serta  kerja  keras. Ia 
terbiasa mencatatkan apa yang ingin ia capai dan berapa  dana yang 
dibutuhkan. Sehingga ia bisa menyisihkan sebagai uangnya  untuk mencapai
 tujuannya tersebut.
Kebiasaannya ini berawal  ketika ia berhasil membelikan ibunya sebuah 
televisi dari hasil  tabungannya. Harga TV saat itu berkisar 1 juta 
rupiah. Maka ia butuh  3000 rupiah per harinya untuk bisa terkumpul uang
 sebanyak 1 juta itu  selama kurun waktu 1 tahun. Tentu hal ini sangat 
membanggakan bagi  seorang anak SMP saat itu, apalagi uangnya didapat 
dari kerja kerasnya  memulung.
Tentu kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak  orang yang semoga 
saja bisa mengikuti jejak langkah kesuksesan yang  diperoleh oleh 
seorang pemulung seperti Wahyu. Pemulung ganteng yang  juga bekerja 
sebagai penyiar radio muslim dan mengajarkan anak-anak  berbahasa 
Inggris!
Sahabat muda, apa yang sudah bisa anda berikan kepada sesama?
www.kompasiana.com
www.kompasiana.com
No comments:
Post a Comment