Tweet |
Biasanya, kalau ada pemulung ganteng, pastinya hanya ada di
sinetron-sinetron Indonesia yang terkadang suka ga nyambung antara
penokohan dan peran. Di benak kita, seakan sudah tertanam bahwa yang
namanya pemulung itu ya kotor, dekil, gak terawat, dan bisa dibilang
memiliki tampang yang biasa-biasa saja. Tapi tentu saja, cakep atau
tidaknya wajah seseorang itu sangat relatif. Masalah selera saja.
Tapi ternyata, pemulung ganteng itu benar ada. Fakta. Bukan hanya
sekedar kisah sinetron besutan clan Punjabi. Namanya Wahyudin, biasa
dipanggil Wahyu. Dia sendiri pun tidak pernah merasa dirinya ganteng,
tapi memang banyak orang yang melihatnya akan bilang dia ganteng! Nah,
karena profesinya yang tidak lazim buat cowok ganteng kayak dia, maka
muncullah sebutan “si pemulung ganteng!
Mungkin karena kelangkaannya itu juga, [baca: pemulung ganteng], dua
hari berturut-turut ini, sosok Wahyu hadir di televisi. Yang pertama
muncul kemarin di Hitam Putih dan hari ini diundang di Show Imah,
keduanya merupakan program favorit Trans 7.
Wahyudin memang seorang pemulung. Tapi ia juga seorang mahasiswa.
Kecerdasan dan kepercayaan dirinya sangat jelas terlihat di setiap ia
merespon pertanyaan yang diajukan host. Dengan banyak mimpi di
hidupnya, ia mampu menjadi sosok yang berani, percaya diri dan tidak
menyerah pada kehidupan. Memulung sejak usia SD, banyak sudah rasa,
kisah dan pengalaman yang ia dapatkan. Benarkah Wahyu tidak pernah
merasa malu atau minder dengan aktifitasnya itu? Tidak juga. Sempat
satu waktu ia menitikkan air mata ketika melihat seorang pelajar yang
diantar oleh mobil jemputan ke rumahnya, sementara ia sedang
mengais-ngais sampah di tempat sampahnya. Merasakan nasib yang sangat
jauh berbeda dengan anak tersebut.
Namun, tentu kesedihan itu tak pernah ia pupuk. Pada akhirnya ia bisa
bersyukur dengan keadaannya saat ini dimana ia diberikan kesempatan
untuk menjalani hidup yang keras dan menjadikannya sosok yang kuat,
tegar dan percaya diri.
Keinginan belajarnya juga tak pernah putus. Bagaimana ia memiliki uang
untuk kuliah? Sebenarnya ia tidak memilikinya, bahkan ia hanya bisa
menargetkan untuk bisa kuliah tahun 2013 ini. Namun, siapa sangka
justru di tahun inilah ia akan segera menyelesaikan kuliahnya. Hal itu
berawal ketika ia tidak sekolah dan hanya beraktifitas memulung saja.
Berasa jadi orang bodoh tanpa berbuat sesuatu yang bermanfaat bagi
orang lain, akhirnya ia berniat untuk menyantuni anak anak yatim di
sekitar komplek rumahnya.
Mulailah ia mendata semua anak yatim. Setelah berhasil mendapatkan
datanya, ia pun mulai mencanangkan program santunannya. Ia meminta sang
ibu yang berjualan gorengan, untuk memperbanyak stok jualannya.
Gorengan yang biasanya dijual seharga 500 rupiah per potong, kini ia
naikkan menjadi 750 rupiah, dengan alokasi dana 250 rupiah untuk
disumbangkan ke anak yatim. Ternyata aksinya ini banyak mendapatkan
orang-orang di sekitar kompleknya. Tak sedikit yang membeli 3 potong
dan membayar 20 ribu rupiah tanpa dikembalikan sisanya.
Akhirnya, target 7 juta untuk santunan, rencana setiap anak yatim bisa
mendapat 50 ribu rupiah, melonjak menjadi hampir 3 kali lipatnya! Ia
pun menambahkan jumlah santunan per anaknya menjadi 100 ribu rupiah.
Maka, niat yang tulus akan berbuah besar. Maksud hati ingin membantu
anak yatim, ternyata memberikan berkah tidak hanya untuk anak yatim
tersebut, tetapi juga untuk dirinya sendiri. Ada pihak yang tertarik
dengan sepak terjangnya dan menawarkan untuk membantu biaya kuliahnya.
Bak mendapat durian runtuh, Wahyu pun segera mendaftar kuliah yang
sudah tutup pendaftarannya. Ia pun memaksa petugas registrasi untuk
memberikan kesempatan padanya dengan terus berucap bahwa ia seorang
pemulung yang ingin kuliah.
Ternyata cita-cita Wahyu tidak hanya sampai disitu saja. Ia berniat
melanjutkan kuliahnya ke jenjang S2 dengan konsentrasi di Pajak. Apa
yang telah berhasil dilakukan oleh seorang pemulung seperti Wahyu ini
tidak terlepas dari niat dan tekad yang kuat serta kerja keras. Ia
terbiasa mencatatkan apa yang ingin ia capai dan berapa dana yang
dibutuhkan. Sehingga ia bisa menyisihkan sebagai uangnya untuk mencapai
tujuannya tersebut.
Kebiasaannya ini berawal ketika ia berhasil membelikan ibunya sebuah
televisi dari hasil tabungannya. Harga TV saat itu berkisar 1 juta
rupiah. Maka ia butuh 3000 rupiah per harinya untuk bisa terkumpul uang
sebanyak 1 juta itu selama kurun waktu 1 tahun. Tentu hal ini sangat
membanggakan bagi seorang anak SMP saat itu, apalagi uangnya didapat
dari kerja kerasnya memulung.
Tentu kisah ini bisa menjadi inspirasi bagi banyak orang yang semoga
saja bisa mengikuti jejak langkah kesuksesan yang diperoleh oleh
seorang pemulung seperti Wahyu. Pemulung ganteng yang juga bekerja
sebagai penyiar radio muslim dan mengajarkan anak-anak berbahasa
Inggris!
Sahabat muda, apa yang sudah bisa anda berikan kepada sesama?
www.kompasiana.com
www.kompasiana.com
No comments:
Post a Comment