Tweet |
|
KABUPATEN BANDUNG BARAT
disusun sebagai persyaratan dalam
pengusulan Angka Kredit
Oleh :
SAHIR SAMSUDIN, S.Pd
NIP. 196805101998021003
PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BARAT
DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
SMP NEGERI 2CIPEUNDEUY
BANDUNG
BARAT
2012-2013
|
1. Judul : “Upaya
Penerapan Metode Bermain Peran Dan
Diskusi Dapat Meningkatkan Penguasaan Konsep Materi Demokrasi Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VIIIE SMPN 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat”
2. Identitas Peneliti :
Nama : Sahir Samsudin, S.Pd
NIP. : 196805101998021003
Jabatan / Gol. : Pembina / IV a
Unit Kerja : SMPN 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat
Disetujui dan disahkan :
Tanggal : 26 September 2012
Kepala
Peneliti,
SMPN 2 Cipeundeuy
Agus ,SPd
Sahir Samsudin, S.Pd
NIP. 1957081719986031016 NIP. 196805101998021003
|
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan
hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan penelitian yang
berupa penelitian tindakan kelas ini dengan judul “Upaya Penerapan Metode Bermain Peran Dan Diskusi Dapat
Meningkatkan Penguasaan Konsep Materi Demokrasi Melalui Pendidikan
Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VIIIE SMP Negeri 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat".
Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini kami memperoleh bantuan,
bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu
kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1.
Bapak Agus
SPd, selaku Kepala Sekolah SMPN 2 Cipeundeuy Kabupaten Bandung
Barat, yang telah memberikan ijin untuk melakukan kegiatan penelitian.
2.
Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung.
Kami telah berusaha secara maksimal untuk dapat melakukan penelitian
tindakan kelas ini sebaik-baiknya. Namun
hasil yang kami capai masih jauh dari sempurna.
Untuk itu kami sangat berharap berbagai tanggapan, kritik, dan
saran-saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi penyempurnaan
hasil penelitian ini.
Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, terutama
seluruh keluarga besar SMPN 2
Cipeundeuy, Kabupaten Bandung
Barat dan para pembaca pada umumnya.
Cipeundeuy,
September 2012
Peneliti,
Sahir Samsudin SP,d
NIP; 196805101998021003
|
ABSTRAKSI
|
“Upaya Penerapan Metode Bermain Peran Dan Diskusi Dapat Meningkatkan Penguasaan
Konsep Materi Demokrasi Melalui Pendidikan Kewrganegaraan Pada Siswa
Kelas VIIIE SMP Negeri 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat”.
Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Diskusi, Penguasaan
Konsep, Materi Demokrasi Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan
Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang dapat menghasilkan
manusia Indonesia
seutuhnya, sehingga menumbuhkan dan
memiliki mental yang baik untuk dapat melaksanakan kegiatan pembangunan.
Tujuan
penelitian tindakan kelas ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep
Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2
Cipeundeuy Kabupaten Bandung
Barat dengan menggunakan metode Bermain peran dan diskusi.
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP negeri 2 Cipeundeuy Kabupaten Bandung
Barat pada siswa kelas VIIIE
pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Jumlah siswa ada 35 orang.
Hasil evaluasi
menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari 23 siswa (65,71%) pada
pra tindakan menjadi 27 siswa (77,14 %)
pada siklus I, dan menjadi 30 siswa (85,71%) pada siklus II. Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami
penurunan dari 12 siswa (34,29 %) pada pra tindakan menjadi 8 siswa (22,86 %)
pada siklus I, dan menjadi 5 siswa (14,29 %) pada siklus II.
Hipotesis
tindakan yang menyatakan bahwa “jika metode bermain peran dan diskusi digunakan,
maka penguasaan konsep pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VIIIE SMPN 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat akan meningkat”, dapat diterima.
Penelitian ini
juga memberikan rekomendasi kepada para guru agar semakin aktif dan kreatif
dalam memilih metode dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat meningkatkan
prestasi belajar siswa. Kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat mengambil
kebijakan tentang perlunya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) bagi
setiap guru, agar motivasi belajar siswa juga semakin meningkat. Selain itu
kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat mengusahakan agar ketersediaan sarana
bagi para guru dalam melaksanakan PTK terus ditingkatkan.
|
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
Setiap sekolah selalu berharap bahwa penyelenggaraan pendidikan yang
dilakukan dapat berhasil dengan baik. Secara umum keberhasilan ini dapat diukur
dengan tingkat prestasi yang diperoleh. Sebenarnya pernyataan tersebut sangat
keliru. Tolok ukur keberhasilan pendidikan seharusnya diukur dari ‘in-put’ dan
‘out-put’. Seberapa besar peningkatan dari prestasi yang dicapai oleh siswa
pada saat dia masuk sekolah tersebut dan pada saat dia keluar dari sekolah
tersebut.
Dengan tolok ukur seperti sekarang ini, yaitu hanya keberhasilan pada
saat kelulusan, maka banyak sekolah-sekolah pinggiran yang merasa dirugikan.
Dari proses penerimaan murid baru sudah sangat sulit untuk memperoleh murid
yang sesuai dengan harapan, dalam arti nilainya rata-rata sudah rendah. Belum
lagi jika sekolah tersebut kekurangan murid, maka nilai berapapun dapat
diterima.
Dalam kegiatan belajar
mengajar strategi yang mencakup rangkaian kegiatan yang efektif, terencana dan
terarah agar mencapai sasaran yang tepat serta sesuai dengan tujuan yang telah
ditentukan, berpegang kepada pandangan benhwa siswa merupakan komponen pokok
dan subyek didik maka strategi pembelajaran haruslah berorientasi kepada siswa.
Pandangan ini sekaligus menekankan bahwa siswa merupakan subyek yang memiliki
potensi dan kekuatan dasar untuk tumbuh dan berkembang sehingga fungsi guru
dalam hal ini adalah sebagai pembimbing, pendorong dan pembina.
Perubahan dan perbaikan dalam
pembelajaran perlu dibangun dan dikembangkan guna menciptakan suasana belajar
yang kondusif dan konstuktif sehingga suasana interaksi dalam kelas baik antara
guru dan siswa, maupun siswa dengan siswa itu sendiri dapat tumbuh dan
berkembang. Berbagai cara terus dilakukan agar
proses belajar mengajar dapat dilaksanakan dengan baik, dengan harapan bahwa
prestasi belajar siswa akan lebih meningkat.
|
Pendekatan pembelajaran yang paling sesuai adalah pembelajaran yang
berorientasi pada kepentingan siswa atau siswa sentris. Hal ini sesuai dengan
pendekatan pembelajaran diskaveri/inkuiri yang menunjukkan dominasi peserta
didik selama proses pembelajaran, sedangkan guru sebagai fasilitator. Selaras
dengan uraian di atas adalah penggunaan pendekatan pembelajaran Contextual
Teaching and Learning (CTL), yaitu konsep pembelajaran yang membantu
guru menghubungkan mata pelajaran dengan situasi dunia nyata dan membantu siswa
untuk menghubungkan pengetahuannya dengan kehidupan sehari-hari sebagai anggota
keluarga dan masyarakat di mana dia berada.
Bermain peran merupakan salah satu metode mengajar yang dapat menumbuhkan
motivasi pada siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Metode bermain peran mengajak siswa untuk berperan menjadi orang
tertentu dalam masyarakat. Pembelajaran ini membutuhkan pengalaman yang luas
dari siswa. Dengan metode bermain peran yang dilaksanakan dengan baik, maka
siswa dapat lebih mudah untuk dapat memahami materi pelajaran yang disajikan,
sehingga dapat meningkatkan prestasi belajarnya.
Selain itu, kegiatan diskusi
juga dapat melatih siswa untuk berani mengungkapkan pendapatnya. Dengan metode
diskusi juga dapat membantu siswa untuk dapat menghargai pendapat orang lain
dan menerima pendapat orang lain. Kondisi ini dapat menjadi bekal bagi siswa
untuk menghadapi kenyataan hidup di masyarakat, dengan segala macam
kemajemukannya.
Dengan kedua metode di atas,
yang dilaksanakan secara sinergis, diharapkan akan mampu membangkitkan minat
belajar siswa sehingga penguasaan konsep materi demokrasi pada pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan akan semakin
meningkat.
Berdasarkan uraian di atas,
maka kami mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul "Upaya Penerapan Metode Bermain Peran Dan Diskusi Dapat Meningkatkan Penguasaan
Konsep Materi Demokrasi melalui Pendidikan Kewarganegaraan Pada Siswa Kelas VIIIE SMP Negeri 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat".
1.2 Rumusan Masalah
Setiap guru selalu berusaha
agar dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Berbagai cara
dilakukan, salah satu diantaranya adalah penggunaan metode mengajar secara
tepat. Dengan metode bermain peran dan diskusi yang dikombinasikan secara tepat
akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, maka
permasalahan dalam penelitian tindakan kelas ini dapat dirumuskan sebagai
berikut: Apakah penggunaan metode bermain peran dan
diskusi dapat meningkatkan penguasaan konsep materi Demokrasi melalui Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VIII E, SMP Negeri 2 Cipeundeuy,
Kabupaten Bandung
Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di
atas, maka tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan
tentang konsep materi Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas,VIII E SMP Negeri 2
Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat melalui metode bermain peran dan diskusi.
1.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam
penelitian tindakan kelas ini adalah “Jika metode Bermain Peran dan diskusi
digunakan dalam pembelajaran, maka penguasaan konsep materi Pendidikan
Kewarganegaraan siswa kelas VIII E SMP Negeri 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat akan
meningkat”.
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan uraian di atas, hasil dari penelitian ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi
secara positif dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Kontribusi tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.5.1
Bagi siswa, penggunaan metode bermain peran dan diskusi
dalam kegiatan pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep bahan
ajar Pendidikan Kewarganegaraan, sehingga dapat meningkatkan prestasi
belajarnya.
1.5.2
Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih metode dan mengembangkan
model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi tertentu yang dialami oleh siswa,
sehingga dapat meningkatkan penguasaan materi pelajaran sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
1.5.3
Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk merumuskan kebijakan yang mengarah
pada peningkatan prestasi belajar siswa khususnya di lingkungan SMP Negeri 2 Cipeundeuy Kabupaten Bandung Barat.
|
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Metode
Mengajar
Metode mengajar memiliki peranan yang sangat besar dalam proses belajar
mengajar. Metode mengajar menjadi mediasi bagi siswa untuk dapat menyerap
konsep-konsep keilmuan dari setiap materi plajaran yang sedang dikomunikasikan
dalam proses belajar mengajar. Penggunaan metode mengajar yan tepat dapat
membantu proses pencapaian tujuan dalam kegiatan belajar mengajar.
Secara prinsip, semakin banyak metode yang dikuasai oleh guru akan
semakin baik dalam proses belajar mengajar. Tetapi dalam kenyataan sehari-hari
sering kita lihat bahwa setiap guru selalu menggunakan metode mengajar yang
sama untuk semua materi pelajaran. Sehingga proses belajar mengajar banyak
mengalami kendala dan kurang dapat mencapai tujuan secara optimal. Keadaan
seperti ini sangat perlu untuk memperoleh perhatian yang lebih besar dari
setiap guru, agar kegiatan belajar mengajar dapat berjalan semakin baik.
Pada saat terjadi interaksi dengan siswa, maka guru memilih dan melakukan
dengan cara-cara tertentu agar kegiatan interaksi dengan siswa dapat berjalan
dengan kondusif sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Cara-cara yang
dilakukan oleh guru dalam melakukan interaksi dengan siswa ini disebut metode
mengajar.
Metode mengajar memiliki peranan yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Soetomo (1993: 144)
menyebutkan “ Metode mengajar sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan
pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar
semakin berhasillah pencapaian tujuan. Penggunaan metode mengajar secara tepat
dapat menumbuhkan minat siswa untuk dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar
dengan baik, sehingga kreatifitas anak akan muncul dan berkembang dengan baik
pula. Namun sebaliknya, jika penggunaan metode mengajar ini kurang tepat, maka
akan menjadi tidak bermakna bahkan dapat mematikan kreatifitas siswa.
Pemilihan metode mengajar sangat tergantung pada situasi dan kondisi pada
saat guru mengajar. Tidak semua metode mengajar selalu tepat digunakan untuk
menyampaikan materi pelajaran. Metode mengajar sangat banyak ragamnya, antara
lain: metode ceramah, metode tanya jawab, metode diskusi, metode pemberian
tugas, metode bermain peran, metode inkuiri, metode demontrasi, metode
pemecahan masalah. Berbagai metode tersebut memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing.
2.2 Metode Bermain Peran
Metode bermain peran (role-play) merupakan metode mengajar yang dilakukan
dengan jalan pemeranan sebuah situasi dalam kehidupan manusia dengan spontan, tanpa
diadakan latihan. Pemeranan ini dapat dilakukan oleh dua orang atau lebih, yang
selanjutnya dipakai sebagai bahan untuk analisa bagi kelompok yang lain. Kegiatan analisa dapat bersumber dari
karakter dari pelaku yang melakukan pemeranan, maupun isi dari kegiatan
pemeranan yang dilakukan oleh pelaku.
Menurut Slameto (1991: 104), gunakan Role-play:
Ø
Jika peserta perlu mengetahui lebih banyak
tentang pandangan yang berlawanan.
Ø Jika peserta mempunyai kemampuan untuk
memakainya.
Ø
Pada waktu membantu peserta “memahami” suatu
masalah.
Ø Jika ingin mencoba mengubah sikap.
Ø Jika pengaruh emosi dapat membantu dalam
penyajian masalah.
Ø
Di dalam dan untuk pemecahan masalah.
Berdasarkan pendapat tersebut
jelas bahwa metode ‘Role-play’ dapat membantu siswa untuk memahami suatu
masalah. Selain itu juga dapat
mengubah sikap atau perilaku yang kurang baik dalam diri siswa. Dengan
‘role-play’ akan muncul secara alami sikap-sikap yang kurang baik maupun yang
baik dalam diri siswa. Sehingga setiap guru dapat memberikan koreksi yang
mendalam terhadap sikap tersebut.
Selanjutnya disebutkan oleh
Slameto (1991:105) tentang keunggulan dan kekurangan metode ‘Role-play’.
Keunggulan:
Ø
Segera mendapat perhatian.
Ø Dapat dipakai pada kelompok besar maupun
kecil.
Ø
Membantu anggota untuk menganalisa situasi.
Ø
Menambah rasa percaya diri pada peserta.
Ø Membantu anggota dan siswa menyelami
masalah.
Ø Membantu anggota mendapat pengalaman yang
ada pada pikiran orang lain.
Ø Membangkitkan minat dan perhatian pada
saat untuk pemecahan masalah.
Kekurangan:
Ø
Mungkin masalahnya disatukan dengan pemerannya.
Ø Banyak yang tidak senang memerankan
sesuatu yang salah.
Ø
Membutuhkan pemimpin yang terlatih.
Ø
Terbatas pada beberapa situasi saja.
Ø
Ada
kesulitan dalam memerankan.
Berbagai keunggulan tersebut dapat dikembangkan sehingga akan benar-benar
dapat dirasakan manfaatnya oleh setiap siswa. Kepercayaan dalam diri siswa akan
tumbuh untuk melakukan sesuatu kegiatan dalam dimasyarakat karena telah
memperoleh bekal yang memadai. Siswa juga memiliki kebiasaan untuk menganalisa
setiap sikap atau perilaku yang dilakukan oleh orang lain dalam kehidupan
bermasyarakat. Untuk selanjutnya dapat mengambil nilai-nilai mana yang benar
dan mana yang kurang baik bagi dirinya.
Sedangkan berbagai kekurangan yang
ada digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk mempersiapkan kegiatan secara
baik, sehingga kekurangan-kekurangan tersebut tidak akan muncul dalam proses
kegiatan belajar mengajar.
2.3 Metode
Diskusi
Menurut Mulyasa (2005:116) menyebutkan diskusi dapat diartikan sebagai percakapan responsif yang dijalin
oleh pertanyaan-pertanyaan bersifat
problematis yang
diarahkan untuk memperoleh pemecahan masalah.
Soetomo (1993: 153) menyebutkan bahwa metode diskusi merupakan suatu
metode pengajaran yang mana guru memberi suatu persoalan (masalah) kepada murid,
dan para murid diberi kesempatan secara bersama untuk memecahkan masalah itu
dengan teman-temannya. Dalam diskusi murid dapat saling tukar menukar
informasi, menerima informasi dan dapat pula mempertahankan pendapatnya dalam
rangka pemecahan masalah yang dapat ditinjau dari berbagai segi.
Sedangkan Slameto (1991: 101) berpendapat bahwa diskusi kelompok ialah
percakapan yang direncanakan atau dipersiapkan diantara tiga orang siswa atau
lebih tentang topik tertentu dengan seorang pemimpin.
Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan berbagai syarat agar
suatu kegiatan disebut diskusi, antara lain:
Ø
Terdiri dari beberapa orang siswa, minimal ada
dua orang siswa.
Ø
Direncanakan sebelumnya.
Ø Ada masalah yang akan dicarikan
pemecahannya.
Ø Ada percakapan timbal balik sesama
peserta, tidak dimonopoli oleh satu orang.
Ø
Ada
hasil yang telah disepakati bersama.
Dengan penggunaan metode diskusi secara baik, diharapkan dalam suatu
proses belajar mengajar suasana kelas akan menjadi lebih hidup. Setiap siswa diharapkan berpartisipasi secara
aktif. Mereka diberi kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya, mempertahankan, bahkan menyanggah pendapat orang
lain. Kondisi ini juga dapat melatih siswa untuk lebih berani dalam
menyampaikan pendapat dengan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Agar kegiatan diskusi dapat benar-benar berjalan sesuai dengan yang
diharapkan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
Ø
Merumuskan tujuan dan masalah yang akan menjadi topik
diskusi.
Ø
Menyiapkan sarana dan prasarana yang diperlukan,
misalnya pengaturan bangku.
Ø Menentukan peranan masing-masing peserta
diskusi, agar tidak saling menggantungkan pada temannya.
Ø Memberikan pengarahan agar masing-masing
peserta diskusi berpartisipasi secara aktif.
Ø Menciptakan suasana yang kondusif agar
peserta didik dapat mengemukakan pendapatnya secara bebas.
Ø
Penggunaan waktu secara tepat.
Ø
Guru hanya sebagai fasilitator, pengawas,
pembimbing, serta evaluator terhadap jalannya diskusi.
Ø
Membuat kesimpulan berdasarkan hasil diskusi
yang dilakukan oleh siswa.
Soetomo (1993: 157) menjelaskan tentang kegunaan diskusi bagi siswa,
antara lain:
Ø
memberi kesempatan pada siswa untuk menyalurkan
kemampuan masing-masing, dapat mendorong anak untuk mengemukakan ide-ide baru.
Ø
Dapat memanfaatkan berbagai kemampuan yang
dimiliki oleh siswa.
Ø
Membantu siswa untuk dapat mengetrapkan
pengalaman teoritis dan pengalaman praktis dalam berbagai pengetahuan di
sekolah.
Ø
Membantu siswa untuk dapat menilai kemampuan
dirinya, teman-temannya dan juga siswa dapat menghargai pendapat teman.
Ø
Mengembangkan motivasi anak untuk belajar lebih
lanjut.
Lebih lanjut Soetomo (1993: 158) menjelaskan tentang kebaikan dan
kelemahan metode diskusi, yaitu:
Kebaikan Metode
Diskusi:
Ø
Anak mendapat kesempatan untuk mengemukakan
fikirannya, atau ide-idenya dan mempertahankannya dengan argumentasi yang dapat
dipertanggungjawabkan.
Ø
Anak mendapat kesempatan untuk menyumbangkan
gagasannyaterhadap masalah yang dihadapi.
Ø
Mengembangkan cara berfikir kritis dan dan sikap
hormat atau menghargai terhadap pendapat orang lain.
Ø
Hasil belajar melalui diskusi fungsional, sebab
corak dan sifat masalah yang didiskusikan banyak terdapat dalam kehidupan
masyarakat.
Ø
Anak dapat mengembangkan taraf belajar yang
lebih tinggi.
Kelemahan Metode
Diskusi:
Ø
Sering terlalu banyak menyita waktu.
Ø Diskusi memerlukan ketajaman dalam
menangkap inti masalah yang dibicarakan.
Ø Dalam praktek, diskusi itu sering diborong
oleh beberapa siswa saja, sedangkan yang lain hanya sebagai pendengar saja.
Berdasarkan kelemahan di atas, maka sebelum diskusi dilaksanakan harus
dipersiapkan secara matang oleh guru, termasuk bagaimana membangkitkan minat
siswa untuk selalu berani mengemukakan pendapatnya atau menyampaikan ide-ide
yang dimiliki. Jika setiap siswa termotivasi dengan kondisi tersebut, maka
kegiatan diskusi akan dapat berjalan dengan baik. Atau kegiatan diskusi dapat
diarahkan dengan teknik diskusi dengan model lain yang mampu menggiring setiap
siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan diskusi.
2.4
Penguasaan
Konsep
Kegiatan belajar mengajar memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapai.
Secara umum tujuan yang diharapkan adalah kemampuan siswa untuk dapat menguasai
konsep bahan ajar atau materi pelajaran yang sedang dibahas. Penguasaan konsep
materi pelajaran ini yang selanjutnya sering disebut sebagai prestasi belajar.
Sebagai wujud dari pencapaian tujuan pembelajaran bagi siswa adalah
penguasaan konsep bahan ajar atau prestasi belajar. Poerwadarminta (1978: 768) menyatakan bahwa
“prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dalam bidang
studi tertentu”. Hasil yang diperoleh siswa
tidaklah sama antara yang satu dengan yang lain. Bagi yang memperoleh hasil
yang baik maka dapat disebut prestasinya baik. Sedangkan bagi siswa yang
memperoleh hasil yang kurang baik maka disebut prestasi belajarnya kurang baik.
Hasil belajar yang diperoleh oleh siswa disebut nilai. Sehingga ada yang
menyebutkan bahwa prestasi belajar merupakan nilai yang diperoleh oleh siswa
setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Berbagai perbedaan rumusan tentang
prestasi belajar merupakan sesuatu yang sangat wajar, namun secara prinsip
maknanya sama.
Prestasi belajar sebagai hasil dari kegiatan belajar yang dilakukan oleh
siswa dapat dijaring dari kegiatan evaluasi. Evaluasi atau penilaian digunakan
untuk mengetahui seberapa besar hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.
Kegiatan evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan alat ukur yang disebut
tes.
Setiap siswa selalu ingin memperoleh prestasi belajar yang baik dan
memuaskan. Secara umum prestasi belajar dapat diukur dengan nilai yang
diperoleh oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Nilainya baik berarti
prestasi belajarnya juga baik, sedangkan yang memperoleh nilai yang rendah,
maka prestasi belajarnya juga rendah. Nilai hanya salah satu tolok ukur untuk
mengetahui prestasi belajar siswa. Tolok ukur yang lain adalah sikap dan
perilaku siswa, baik di sekolah maupun di rumah dan dimasyarakat. Siswa yang
memiliki perilaku yang baik, maka prestasi belajarnya juga baik. Demikian juga
sebaliknya. Namun dalam kenyataan bahwa tolok ukur yang kedua ini sering diabaikan,
baik oleh pihak sekolah, kelauarga maupun masyarakat. Mereka menilai bahwa yang
memiliki nilai belajar yang baik sajalah yang dapat dikatakan memiliki prestasi
belajar yang baik. Keadaan ini sebenarnya dapat menyesatkan semua pihak,
terutama siswa itu sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, prestasi belajar dapat dikatakan sebagai
hasil yang diperoleh oleh peserta didik, baik yang bersifat kualitatif maupun
kuantitatif, melalui proses belajar mengajar. Kuantitatif berupa sederetan
angka-angka sebagai nilai atas kegiatan belajar yang telah dilakukan. Sedangkan
kualitatif merupakan perubahan sikap dan tingkah laku siswa setelah melakukan
kegiatan belajar mengajar.
Namun dalam karya tulis ini yang dimaksud dengan penguasaan konsep atau
sering disebut prestasi belajar adalah mengarah pada nilai yang telah dicapai
oleh siswa setelah mengikuti kegiatan belajar mengajar. Secara umum penguasaan
konsep pelajaran dapat diukur dengan melihat hasil belajar siswa yang diukur
dengan mengadakan ulangan harian yang dilaksanakan setelah berakhirnya suatu
siklus. Siswa dinyatakan telah menguasai konsep bahan ajar atau memiliki
prestasi belajar yang baik apabila telah memperoleh nilai minimal yaitu 6,5.
2.5
Pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib
bagi siswa SMP. Lebih lanjut tentang
mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat diuraikan sebagai berikut :
2.5.1
Pengertian, Visi, dan Misi Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn)
Pendidikan Kewarganegaraan (Civic
Education) adalah merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada
pembentukan diri yang beragamdari segi agama, sosio – kultural, bahasa,
usia,dan suku bangsa untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945.
Berdasarkan pengertian
tersebut, maka Pendidikan Kewarganegaraan mempunyai visi yaitu mewujudkan
proses pendidikan yang terarah pada pengem-bangan kemampuan individu sehingga
menjadi warganegara yang cerdas, parti-sipatif, dan bertanggung jawab, yang
pada gilirannya mampu mendukung berkembangnya kehidupan masyarakat bangsa dan
negara Indonesia yang cerdas.
Sedangkan untuk dapat mewujudkan visi tersebut, Pendidikan
Kewarganegaraan mempunyai misi sebagai berikut :
a.
Memanfaatkan kenyataan dan kecenderungan dalam
masyarakat yang semakin transparan, tuntutan kendali mutu yang semakin
mendesak, dan proses demokrasi yang semakin inten dan meluas sebagai konteks
dan orientasi dalam pendidikan demokrasi.
b.
Memanfaatkan substansi berbagai disiplin ilmu yang
relevan sebagai wahana pedagogis untuk menghasilkan dampak instruksional dan
pengiringnya berupa wawasan, sikap, dan ketrampilan kewarganegaraan, sehingga
bisa dihasilkan desain kurikulum yang bersifat interdisipliner.
c.
Memanfaatkan berbagai konsep, prinsip, dan prosedur
pembelajaran yang memungkinkan para peserta didik mampu belajar demokrasi,
dalam situasi yang demokratis, dan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat
yang lebih demokratis.
2.5.2
Tujuan
Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Pelaksanaan pembelajaran untuk setiap materi pelajaran memiliki
karakteristik sendiri-sendiri. Pokok
bahasan, siswa, tujuan, dan materi yang akan disajikan merupakan komponen yang
berpengaruh dalam kegiatan pembelajaran.
Agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan secara optimal, maka setiap
guru harus dapat memahami komponen-komponen tersebut secara mendalam.
Berdasarkan komponen-komponen tersebut, guru dapat memilih strategi
pembelajaran yang tepat.
Strategi pembelajaran yang dipilih oleh guru haruslah dapat dilaksanakan
secara efektif dan efisien sehingga mampu memberikan pengalaman belajar dan
memberikan fasilitas kepada siswa untuk dapat
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan strategi pembelajaran yang tepat
akan memungkinkan tercapainya tujuan pembelajaran oleh sebanyak mungkin siswa
sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Strategi pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dipilih, yang dapat
memberikan fasilitas atau bantuan kepada siswa dalam menuju tercapainya tujuan
pembelajaran. Dengan demikian strategi memiliki makna yang lebih luas dari pada
metode mengajar. Jadi strategi mengandung makna berbagai alternatif kegiatan
dan pendekatan yang dapat dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan juga menuntut keca-kapan
guru untuk dapat memilih strategi pembelajaran yang tepat sehingga tujuan
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dapat tercapai dengan baik. Secara umum
pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu warga negara Indonesia sehingga memiliki wawasan, sikap, dan
ketrampilan kewarganegaraan yang memadai, yang memungkinkan untuk
berpar-tisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai dimensi
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara Indonesia.
Berdasarkan tujuan tersebut, maka pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
diharapkan mampu mengembangkan kemampuan-kemampuan yang telah ditetapkan, yaitu
sebagai berikut:
a.
Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam
menanggapi isu kewargane-garaan.
b.
Berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab,
serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
c.
Berkembang secara positif dan demokratis untuk
membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama
dengan bangsa-bangsa lain.
d.
Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi
informasi dan komunikasi.
2.5.3
Materi
Pendidikan Kewarganegaraan Kelas VIII
Dalam penelitian tindakan kelas ini, materi pelajaran yang digunakan
dalam proses belajar mengajar adalah sebagai berikut :
Standar Kompetensi 1: Kemampuan menganalisis makna kedaulatan rakyat
dan sistem politik
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Materi Pokok
|
1.1 Memahami
dan mengapresiasi kedaulatan rakyat dan sistem politik
1.2 Menampilkan
sikap positif terhadap perwujudan kedaulatan rakyat.
|
Ø
Menjelaskan makna kedaulatan rakyat.
Ø
Menguraikan pemegang kedaulatan rakyat dan
peranannya.
Ø
Menjelaskan hakekat partai politik.
Ø
Mendeskripsikan perkembangan sejak proklamasi
kemerdekaan.
Ø Menganalisis penyimpangan-penyimpangan
konstitusional dan akibatnya bagi kehidupan ketatanegaraan.
Ø Menunjukkan sikap positif terhadap
perwujudan kedaulatan rakyat.
Ø Mempraktekkan prinsip kedaulatan rakyat
di lingkungan masyarakat.
|
Kedaulatan rakyat dan sistem politik
|
Standar
Kompetensi 2 : Kemampuan menunjukkan budaya demokrasi
Kompetensi Dasar
|
Indikator
|
Materi Pokok
|
2.1
Kemampuan memahami dan membudayakan pemilihan pemimpin politik dan pejabat
Negara dalam Negara demokrasi.
2.2
Kemampuan menerapkan sikap posotif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam
masyarakat.
|
Ø
Menguraikan pentingnya pemimpin politik dan
pejabat Negara yang beriman, bermoral, berilmu, terampil, dan demokratis.
Ø
Menjelaskan konsekuensi jika pemimpin politik
dan pejabat Negara melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Ø
Membandingkan cara-cara memilih pemimpin
politik dan pejabat Negara dengan cara yang demokratis dan tidak demokratis.
Ø
Menunjukkan sikap positif terhadap budaya
demokrasi dalam masyarakat.
Ø Membiasakan diri melaksanakan budaya
demokrasi di lingkungan masyarakat.
|
Budaya Demokrasi
|
2.6 Pengaruh Metode Bermain Peran dan Diskusi Terhadap Penguasaan Konsep
Materi Pelajaran
Kesiapan guru tidak banyak
berarti jika tidak diimbangi dengan kesiapan siswa dalam melakukan kegiatan
belajar mengajar. Dengan berbagai permasalahan yang telah disiapkan oleh guru,
akan memaksa siswa untuk ikut serta secara aktif dalam proses pembelajaran.
Agar siswa dapat secara aktif dan kreatif dalam mengikuti proses pembelajaran,
maka setiap siswa dituntut untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya. Persiapan
yang dimaksud adalah berbagai sumber yang dapat mendukung pemecahan masalah
yang sedang dibahas, maupun persiapan diri atau mental dari setiap anggota
kelompok untuk dapat melakukan presentasi di depan kelas.
Jika setiap siswa selalu mempersiapkan diri dengan baik dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar, hal ini merupakan bukti bahwa partisipasi siswa
semakin meningkat. Peningkatan partisipasi yang disertai dengan persiapan diri
siswa sebelum mengikuti kegiatan pembelajaran, maka dapat dikatan bahwa
motivasi belajar siswa juga semakin meningkat. Dengan motivasi yang semakin
tinggi, akan membuat siswa selalu siap dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar. Apabila kegiatan belajar mengajar selalu diikuti dengan baik,
diharapkan dapat meningkatkan kemampuannya dalam penguasaan konsep materi
pelajaran. Peningkatan kemampuan penguasaan konsep atau prestasi belajar ditandai
dengan meningkatnya jumlah nilai yang diperoleh oleh siswa pada saat dilakukan
evaluasi.
Pelaksanaan belajar mengajar dengan menggunakan metode bermain peran
seperti diuraikan di atas, akan dapat membawa pada siswa ke dalam situasi yang
sebenarnya. Siswa dapat berperan sesuai dengan materi yang akan dibahas. Dengan
memperhatikan permainan peran, baik yang dilakukan sendiri maupun yang
dilakukan oleh temannya, anak akan semakin memahami materi pelajaran yang
sedang dibahas. Dengan demikian diharapkan siswa dapat meningkatkan kemampuannya
dalam penguasaan konsep materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.
Dengan metode bermain peran yang dikombinasikan dengan diskusi secara
kelompok, memberi kesempatan kepada anak untuk dapat berfikir secara aktif dan
kreatif dalam memecahkan setiap permasalahan. Pemahaman yang semakin baik
terhadap materi pelajaran, ditunjang dengan aktifitas anak yang semakin baik
dalam mengikuti proses belajar mengajar, maka peserta didik juga akan dapat
meningkatkan kemampuannya dalam menguasai konsep materi pelajaran yang
diajarkan,
Jadi dengan penggunaan metode bermain peran dan diskusi yang dilaksanakan
secara tepat, proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, sehingga
prestasi belajar peserta didik dapat semakin meningkat.
|
METODE PENELITIAN
3.1 Latar Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, kelas VIIIE, dalam mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan. Jumlah siswa ada 35 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam tahun
pelajaran 2012/2013 semester ganjil, dari tanggal 23 mei 2012 sampai dengan 26 September 2012.
3.2 Persiapan Penelitian
Dalam pelaksnaan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan
berbagai persiapan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.2.1
Refleksi awal, peneliti mengidentifikasi permasalahan
kemampuan siswa dalam memahami konsep dasar materi pelajaran pada siswa kelas VIIIE.
3.2.2
Peneliti merumuskan permasalahan secara operasional
yang relevan dengan rumusan masalah penelitian.
3.2.3
Peneliti merumuskan hipotesis tindakan. Hipotesis
tindakan ini bersifat tentatif, sehingga sangat mungkin akan mengalami
perubahan sesuai dengan keadaan di lapangan.
3.2.4
Menetapkan dan merumuskan rancangan tindakan yang
meliputi:
3.2.4.1
Menetapkan indikator-indikator desain pembelajaran dengan metode bermain peran dan diskusi.
3.2.4.2
|
3.2.4.3
Menyusun metode dan alat perekam data yang berupa
angket, catatan di lapangan, pedoman wawancara, pedoman analisis dokumen dan
catatan harian.
3.2.4.4
Menyusun rancangan pengolahan data, baik yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif.
3.2.4.5
Mempersiapkan penyusunan laporan hasil dari penelitian
tindakan kelas yang dilakukan.
3.3 Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan
Pelaksanaan tindakan
dan pengamatan dalam penelitian ini dibagi dalam 2 siklus. Setiap siklus dibagi
dalam tiga kali pertemuan. Kegiatan pelaksanaan tindakan dalam setiap siklus,
dibarengi dengan pengamatan yang dapat dilakukan sebagai berikut:
3.3.1
Guru melaksanakan desain pembelajaran dengan metode
bermain peran dan diskusi yang telah direncanakan.
3.3.2
Guru memberikan tugas kepada siswa untuk dilaksanakan
dan membuat laporan tentang kegiatan yang dilakukan, baik secara individu
maupun secara kelompok sesuai dengan tugasnya masing-masing.
3.3.3
Guru mempelajari laporan kegiatan yang dilakukan oleh
siswa baik secara individu maupun kelompok dan memberikan penjelasan tambahan
jika diperlukan.
3.3.4
Guru merekam data dan mengamati kegiatan siswa sesuai
dengan laporan yang telah disusun dengan menggunakan alat perekam, pedoman
pengamatan serta catatan lapangan.
3.4 Refleksi
Peneliti mengadakan telaah terhadap data-data hasil penelitian yang telah
dilakukan, melalui: analisis, sintesis, pemaknaan, penjelasan, dan
menyimpulkan. Hasil yang diperoleh
berupa temuan tingkat efektifitas desain pembelajaran dengan metode bermain
peran dan diskusi yang telah dirancang, dan menginventarisir daftar
permasalahan yang muncul di lapangan yang untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan
perencanaan pada kegiatan berikutnya.
3.5 Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa instrumen yang digunakan untuk
menjaring data penelitian, antara lain: pedoman observasi, dokumen, dan catatan
lapangan. Instrument penelitian disusun secara fleksibel dengan harapan agar
segala bentuk permasalahan yang mungkin timbul dapat dieliminir dan dapat
dicarikan solusinya dengan cepat dan tepat.
Instrumen penelitian tindakan kelas yang digunakan untuk menjaring data
adalah berupa:
3.5.1
Lembar Observasi
Bermain Peran
Instrumen ini berisi tentang kegiatan yang dilakukan oleh siswa, dengan
indikator sebagai berikut :
Ø
Peran serta masing-masing anggota
Ø
Kesungguhan dalam membawakan peran
Ø
Penguasaan peran
Ø
Kesesuaian dengan tujuan
Skala
penilaian yang digunakan adalah: skor 1 = tidak baik; skor 2 = kurang
baik; skor 3 = baik; skor 4 = sangat baik.
Untuk mengetahui seberapa
besar tingkat keberhasilan pelaksanaan ketrampilan bermain peran, digunakan
kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.1 : Kualifikasi Ketrampilan Bermain Peran
No
|
Prosentase
|
Kualifikasi
|
1
|
0
– 50
|
Tidak
baik
|
2
|
51
– 64
|
Kurang
baik
|
3
|
65
– 84
|
Baik
|
4
|
85
– 100
|
Sangat
baik
|
3.5.2
Lembar Observasi
Kerjasama Kelompok
Instrumen kerjasama kelompok berisi tentang kegiatan yang dilakukan oleh
siswa, dengan indikator sebagai berikut :
Ø
Menghargai kesepakatan
Ø
Berpartisipasi secara aktif
Ø
Memberikan penghargaan dengan menunjukkan
simpati
Ø
Menerima tanggung jawab
Ø
Mendorong partisipasi
Ø
Membuat ringkasan dan kesimpulan
Skala
penilaian yang digunakan adalah: skor 1 = tidak baik; skor 2 = kurang
baik; skor 3 = baik; skor 4 = sangat baik.
Untuk mengetahui seberapa
besar keberhasilan pelaksanaan ketrampilan kerja sama siswa dalam kelompok,
digunakan kualifikasi sebagai berikut:
Tabel 3.2 : Kualifikasi Ketrampilan Kerjasama Dalam
Kelompok
No
|
Prosentase
|
Kualifikasi
|
1
|
0
– 50
|
Tidak
baik
|
2
|
51
– 64
|
Kurang
baik
|
3
|
65
– 84
|
Baik
|
4
|
85
– 100
|
Sangat
baik
|
3.5.3
Catatan Lapangan
Catatan lapangan dilakukan pada saat kegiatan berlangsung, kemudian
timbul peristiwa yang dianggap perlu untuk dipertimbangkan. Jadi catatan
lapangan hanya sebagai pelengkap dari hasil observasi.
3.5.4
Hasil Ulangan
Harian
Hasil ulangan atau hasil tes digunakan untuk mengukur tingkat penguasaan
konsep materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dibahas dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Standar penguasaan konsep tidak ditentukan. Namun
penguasaan konsep dinyatakan berhasil apabila ada peningkatan dari kegiatan pada pra tindakan, kemudian kegiatan pada
siklus I dan pada siklus II.
3.6 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan teknik analisis data kualitatif. Secara garis besar kegiatan analisis data
dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
3.6.1
Menelaah seluruh data yang dikumpulkan. Penelaahan dilakukan dengan cara
menganalisis, mensintesis, memaknai, menerangkan, dan menyim-pulkan. Kegiatan
penelaahan pada prinsipnya dilaksanakan sejak awal penjaringan data.
3.6.2
Mereduksi data yang didalamnya melibatkan kegiatan
pengkategorian dan pengklasifikasian. Hasil yang diperoleh dapat berupa
pola-pola dan kecenderungan-kecenderungan yang terjadi dalam pelaksanaan pembe-lajaran
dengan metode bermain peran dan diskusi.
3.6.3
Menyusun
keterkaitan atau pengaruh dari metode bermain peran dan diskusi dengan
kemampuan siswa memahami konsep pasar.
3.6.4
Menyusun
kesimpulan dari keterkaitan atau pengaruh yang ada.
3.7 Penyiapan Partisipan
Metode bermain peran dan diskusi tidak akan dapat dilakukan secara
efektif bila tidak melalui persiapan yang matang. Konsep dan kondisi siswa
harus benar-benar sudah siap. Penjelasan tentang tugas masing-masing siswa
dalam kegiatan bermain peran dan diskusi harus telah dipahami oleh siswa dengan
benar. Selain itu penjabaran tugas yang harus dilakukan oleh siswa, baik secara
individu maupun secara kelompok juga harus terarah. Jika tidak, maka hasil yang
diperoleh tidak akan menjadi maksimal.
|
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Hasil penelitian dalam
penelitian tindakan kelas ini dibedakan dalam tiga kegiatan, yaitu (1) pra
tindakan, (2) siklus I, dan (3) siklus II
4.1.1 Pra Tindakan
Kegiatan pra tindakan yang
dilakukan pada siswa kelas VIIIE SMP
Negeri 2 Cipeundeuy, menemukan permasalahan yaitu prestasi
belajar siswa rendah, sebagaimana ditunjukkan dalam hasil evaluasi pada pra
tindakan (lihat lampiran 3), dapat diuraikan sebagai berikut :
Ø
Secara individu, siswa yang sudah tuntas
belajar, yaitu yang memperoleh nilai 65 atau lebih, ada 23 siswa atau sebesar
65,71 %. Sedangkan yang belum tuntas belajar ada 12 siswa atau sebesar 34,29 %.
Ø
Jadi secara klasikal kegiatan pembelajaran belum
tuntas belajar, karena jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 atau lebih hanya
65,71 %.
Setelah mengkaji seluruh permasalahan serta menentuan metode pembelajaran
yang akan dilaksanakan, guru menyusun kelompok dan memberikan tugas untuk
masing-masing kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari 7 siswa. Jumlah
kelompok ada 5 kelompok. Untuk selanjutnya masing-masing kelompok merencanakan
tugas yang akan dilaksanakan pada setiap pertemuan, baik pada siklus I maupun
pada siklus II.
|
Pada siklus pertama, guru
peneliti melakukan tiga kali tatap muka. Setiap tatap muka terdiri dari dua jam
pelajaran dengan waktu 45 menit setiap jam pelajaran. Setiap kali pertemuan,
materi yang dibahas berbeda, tetapi merupakan kelanjutan dari pertemuan sebelumnya.
Siklus pertama dibagi dalam
tiga pertemuan. Masing-masing pertemuan terdiri dari: 1) perencanaan, 2)
pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4) refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan
guru, hasil belajar, dan data kuesioner yang
diberikan kepada siswa dapat dijabarkan sebagai berikut:
4.1.2.1 Perencanaan
Perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus I sebagai berikut:
Tabel
4.1 Perencanaan Pembelajaran Siklus I
No
|
Komponen
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1
|
Kegiatan awal
|
15 menit
|
Ø
Mengadakan presensi kelas
Ø
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Ø Guru menjelaskan metode mengajar yang
digunakan
Ø Guru memberikan motivasi kepada siswa
|
2
|
Kegiatan inti
|
210 menit
|
Ø
Sesuai dengan tugas, salah satu kelompok
melakukan kegiatan bermain peran.
Ø
Kelompok lain melakukan pengamatan.
Ø
Setelah selesai bermain peran, masing-masing
kelompok melakukan diskusi untuk membahas materi kegiatan bermain peran.
Ø
Secara bergiliran, masing-masing kelompok
menyampaikan hasilnya.
Ø Kelompok lain menanggapi atau memberikan
pertanyaan.
|
3
|
Kegiatan akhir
|
15 menit
|
Ø
Bersama siswa, guru membuat kesimpulan materi
yang telah dibahas.
|
4
|
Evaluasi
|
30 menit
|
Ø
Guru mengadakan evaluasi akhir siklus I
|
4.1.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan tindakan dalam siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan. Secara rinci, pelaksanaannya sebagai berikut:
1)
Kegiatan awal (15 menit)
Ø
Guru mengadakan presensi kelas.
Ø
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada setiap
pertemuan dalam siklus I.
Ø
Guru selalu menjelaskan metode yang digunakan
pada setiap pertemuan dalam siklus I.
Ø
Guru memberikan motivasi kepada siswa dalam
mengikuti kegiatan belajar mengajar pada setiap pertemuan dalam siklus I.
2)
Kegiatan Inti (210 menit)
Ø Salah satu kelompok melakukan kegiatan
bermain peran.
Ø
Kelompok lain melakukan pengamatan.
Ø
Setelah selesai bermain peran, masing-masing
kelompok melakukan diskusi untuk membahas materi kegiatan bermain peran.
Ø
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
diskusi.
Ø
Kelompok yang lain menanggapi atau memberikan
pertanyaan.
3)
Kegiatan akhir (15 menit)
Ø
Bersama-sama dengan siswa, guru membuat
kesimpulan dalam setiap pertemuan dari kegiatan pembelajaran yang telah
dilakukan.
4)
Evaluasi (30 menit)
Ø
Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui tingkat
penguasaan konsep bahan ajar pada pertemuan ke tiga akhir siklus I.
4.1.2.3 Pengamatan
Obyek pengamatan terhadap siswa adalah kerjasama siswa dalam kelompoknya.
Kerjasama yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok terdiri atas dua kegiatan,
yaitu kegiatan bermain peran dan kegiatan diskusi. Partisipasi siswa dalam
kegiatan kelompok, baik secara individu maupun secara bersama-sama sangat
berpengaruh terhadap hasil pengamatan.
Berdasarkan hasil pengamatan
kegiatan siswa dalam bermain peran (lihat lampiran 4), maka dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Tabel
4.2 Rekapitulasi Hasil Kegiatan Bermain
Peran
No
|
Nama Kelompok
|
Jumlah
|
%
|
1
|
PDIP
|
72
|
67,86
|
2
|
Golkar
|
76
|
70,54
|
3
|
PPP
|
71
|
69,64
|
4
|
PKB
|
73
|
71,43
|
5
|
PKS
|
81
|
75,00
|
Jumlah
|
373
|
333,04
|
|
Rata-rata
|
74,60
|
66,61
|
Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siswa dalam ketrampilan
kerjasama dalam kelompok (lihat lampiran 5), maka dapat dikemukakan sebagai
berikut:
Tabel
4.3 Rekapitulasi Hasil Ketrampilan
Kerjasama Kelompok Diskusi
No
|
Nama Kelompok
|
Jumlah
|
%
|
1
|
PDIP
|
111
|
66,07
|
2
|
Golkar
|
115
|
68,45
|
3
|
PPP
|
106
|
63,10
|
4
|
PKB
|
110
|
65,48
|
5
|
PKS
|
120
|
71,43
|
Jumlah
|
562
|
334,52
|
|
Rata-rata
|
112,4
|
66,90
|
Atas dasar table 4.2 dan 4.3 tersebut di atas, maka kegiatan siswa dalam
bermain peran dan melakukan diskusi sudah cukup baik, yang ditunjukkan dengan
rata-rata 66,61 % untuk bermain peran dan 66,90 % untuk kegiatan diskusi.
Sedangkan penguasaan konsep siswa yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi
setelah siklus I (lihat lampiran 6) adalah sebagai berikut :
Ø
Secara individual, siswa yang belum tuntas
belajar ada 8 siswa (22,86 %), sedangkan yang sudah tuntas belajar ada 27 siswa
(77,14 %).
Ø
Secara klasikal kegiatan pembelajaran masih
belum tuntas karena jumlah yang telah memperoleh nilai 65 atau lebih hanya
77,14 %.
4.1.2.4 Refleksi
Ø
Kegiatan
bermain peran sudah berjalan dengan lancar, meskipun masih banyak siswa
yang kurang begitu siap dengan tugasnya.
Ø
Kegiatan diskusi juga sudah berjalan cukup baik,
meskipun dominasi masih dilakukan oleh anak tertentu.
Ø Pengambilan kesimpulan masih didominasi
oleh guru.
Ø Suasana belajar menjadi lebih hidup.
Ø Nilai hasil belajar siswa ada peningkatan
dibandingkan dengan pada pra tindakan.
Berdasarkan hasil pengumpulan
data dari kuesioner di atas, masih terdapat kelemahan yang masih harus
diperhatikan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar, antara lain:
Ø
Kesan takut pada siswa masih tampak, terutama
bagi yang merasa belum siap.
Ø
Masih perlu menumbuhkan kesan bahwa pelajaran
ini bermanfaat bagi siswa.
Ø
Siswa perlu dibimbing untuk lebih aktif dalam
proses diskusi, tidak hanya dimonopoli oleh beberapa anak.
Ø
Siswa yang mewakili kelompok menyampaikan hasil
diskusi perlu bergantian, agar lebih merata.
Ø
Pengambilan kesimpulan masih lebih banyak
didominasi oleh guru.
4.1.3
Siklus II
Siklus II dibagi dalam tiga
pertemuan. Masing-masing
pertemuan terdiri dari: 1) perencanaan, 2) pelaksanaan, 3) pengamatan, dan 4)
refleksi. Berdasarkan hasil pengamatan guru dan hasil belajar dapat dijabarkan
sebagai berikut:
4.1.3.1 Perencanaan
Perencanaan tindakan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan pembelajaran
pada siklus II sebagai berikut:
Tabel
4.4 Perencanaan Pembelajaran Siklus II
No
|
Komponen
|
Waktu
|
Kegiatan
|
1
|
Kegiatan awal
|
15 menit
|
Ø
Mengadakan presensi kelas
Ø
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran
Ø Guru menjelaskan metode mengajar yang
digunakan
Ø Guru memberikan motivasi kepada siswa
|
2
|
Kegiatan inti
|
210 menit
|
Ø
Sesuai dengan tugas, salah satu kelompok
melakukan kegiatan bermain peran.
Ø
Kelompok lain melakukan pengamatan.
Ø
Setelah selesai bermain peran, masing-masing
kelompok melakukan diskusi untuk membahas materi kegiatan bermain peran.
Ø
Secara bergiliran, masing-masing kelompok
menyampaikan hasilnya.
Ø Kelompok lain menanggapi atau memberikan
pertanyaan.
|
3
|
Kegiatan akhir
|
15 menit
|
Ø
Bersama siswa, guru membuat kesimpulan materi
yang telah dibahas.
|
4
|
Evaluasi
|
30 menit
|
Ø
Guru mengadakan evaluasi akhir siklus II
|
4.1.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran
Pelaksanaan tindakan dalam siklus II dilaksanakan dalam tiga kali
pertemuan. Secara rinci, pelaksanaannya
sebagai berikut:
a) Kegiatan awal (15 menit)
Ø
Guru mengadakan presensi kelas.
Ø Guru menjelaskan tujuan pembelajaran pada
setiap pertemuan dalam siklus II.
Ø Guru selalu menjelaskan metode yang
digunakan pada setiap pertemuan dalam siklus II.
Ø Guru memberikan motivasi kepada siswa
dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar pada setiap pertemuan dalam siklus II.
b)
Kegiatan Inti (210 menit)
Ø Salah satu kelompok melakukan kegiatan
bermain peran.
Ø
Kelompok lain melakukan pengamatan.
Ø
Setelah selesai bermain peran, masing-masing
kelompok melakukan diskusi untuk membahas materi kegiatan bermain peran.
Ø
Masing-masing kelompok menyampaikan hasil
diskusi.
Ø
Kelompok yang lain menanggapi atau memberikan
pertanyaan.
c) Kegiatan akhir (15 menit)
Ø
Bersama-sama dengan siswa, guru membuat
kesimpulan dalam setiap pertemuan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan.
d) Evaluasi (30 menit)
Ø
Guru memberikan evaluasi untuk mengetahui
tingkat penguasaan konsep bahan ajar pada pertemuan ke tiga akhir siklus II.
4.1.3.3 Pengamatan
Obyek pengamatan terhadap siswa adalah kerjasama siswa dalam kelompoknya.
Kerjasama yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok terdiri atas dua kegiatan,
yaitu kegiatan bermain peran dan kegiatan diskusi. Partisipasi siswa dalam
kegiatan kelompok, baik secara individu maupun secara bersama-sama sangat
berpengaruh terhadap hasil pengamatan.
Berdasarkan hasil pengamatan
kegiatan siswa dalam bermain peran (lihat lampiran 7), maka dapat dikemukakan
sebagai berikut:
Tabel
4.5 Rekapitulasi Hasil Kegiatan Bermain
Peran
No
|
Nama Kelompok
|
Jumlah
|
%
|
1
|
PDIP
|
76
|
67,86
|
2
|
Golkar
|
79
|
70,54
|
3
|
PPP
|
78
|
69,64
|
4
|
PKB
|
80
|
71,43
|
5
|
PKS
|
84
|
75,00
|
Jumlah
|
397
|
354,46
|
|
Rata-rata
|
79,40
|
70,89
|
Sedangkan berdasarkan hasil pengamatan kegiatan siswa dalam ketrampilan
kerjasama dalam kelompok (lihat lampiran 8), maka dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel
4.6 Rekapitulasi Hasil Ketrampilan
Kerjasama Kelompok Diskusi
No
|
Nama Kelompok
|
Jumlah
|
%
|
1
|
PDIP
|
117
|
69,64
|
2
|
Golkar
|
120
|
71,43
|
3
|
PPP
|
114
|
67,86
|
4
|
PKB
|
118
|
70,24
|
5
|
PKS
|
124
|
73,81
|
Jumlah
|
593
|
352,98
|
|
Rata-rata
|
118,6
|
70,60
|
Berdasarkan table 4.5 dan 4.6 tersebut di atas, maka kegiatan siswa dalam
bermain peran dan melakukan diskusi sudah cukup baik, yang ditunjukkan dengan
rata-rata 70,89 % untuk bermain peran dan 70,60 % untuk kegiatan diskusi.
Sedangkan penguasaan konsep siswa yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi
setelah siklus II (lihat lampiran 9) adalah sebagai berikut :
Ø
Secara individual, siswa yang belum tuntas
belajar ada siswa (14,29 %), sedangkan
yang sudah tuntas belajar ada 30 siswa (85,71 %).
Ø
Secara klasikal kegiatan pembelajaran sudah
tuntas karena jumlah yang telah memperoleh nilai 65 atau lebih adalah 85,71 %.
4.1.2.4 Refleksi
Ø
Kegiatan
bermain peran sudah berjalan dengan lancar, namun masih ada siswa yang
kurang menguasai perannya.
Ø
Kegiatan diskusi juga sudah berjalan cukup baik.
Ø Pengambilan kesimpulan sudah lebih baik,
peran siswa sudah cukup dominan.
Ø Suasana belajar menjadi lebih hidup.
Ø Nilai hasil belajar siswa ada peningkatan
dibandingkan dengan pada siklus I.
Berdasarkan hasil pengumpulan data dari pengamatan di atas, kegiatan
belajar mengajar sudah lebih baik. Namun yang masih perlu terus diperhatikan
antara lain :
Ø
Kesiapan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar perlu terus ditingkatkan.
Ø
Memberikan motivasi lebih besar secara individu
terhadap siswa yang kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil observasi dan hasil tes yang dilakukan pada pra
tindakan, siklus I dan siklus II, maka dapat diuraikan sebagai berikut:
4.2.1
Kegiatan
Bermain Peran
Berdasarkan hasil pengamatan tentang kegiatan bermain peran yang dilakukan
oleh masing-masing kelompok yang dilakukan pada siklus I dan siklus II (lihat
lampiran 4 dan lampiran 7), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel
berikut ini:
Tabel
4.7 Perbandingan Kegiatan Bermain Peran
Siklus I dan II
No
|
Nama Kelompok
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
||
1
|
PDIP
|
72
|
67,86
|
76
|
67,86
|
2
|
Golkar
|
76
|
70,54
|
79
|
70,54
|
3
|
PPP
|
71
|
69,64
|
78
|
69,64
|
4
|
PKB
|
73
|
71,43
|
80
|
71,43
|
5
|
PKS
|
81
|
75,00
|
84
|
75,00
|
Jumlah
|
373
|
333,04
|
397
|
354,46
|
|
Rata-rata
|
74,60
|
66,61
|
79,40
|
70,89
|
Kegiatan bermain peran sebagaimana dalam tabel di atas, dapat diuraikan
bahwa rata-rata prosentase pada siklus I sebesar 66,61 %. Jadi kerjasama siswa dalam kelompok sudah
cukup baik pada siklus I. Namun dalam
siklus II, kegiatan bermain peran mengalami peningkatan, yaitu menjadi 70,89 %.
Jadi kegiatan bermain peran yang dilakukan sudah termasuk baik dalam siklus II.
Dengan demikian kegiatan bermain peran yang dilaksanakan oleh
masing-masing kelompok dalam kegiatan pembelajaran sudah baik.
4.2.2
Kerjasama
Kelompok Dalam Diskusi
Berdasarkan hasil pengamatan tentang kerjasama siswa dalam kelompok yang
dilakukan pada siklus I dan siklus II (lihat lampiran 5 dan lampiran 8), maka
dapat diketahui sebagaimana dalam tabel berikut ini:
Tabel 4.8
Perbandingan Ketrampilan Kerjasama Diskusi Siklus I dan II
No
|
Nama Kelompok
|
Siklus I
|
Siklus II
|
||
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
||
1
|
PDIP
|
111
|
66,07
|
117
|
69,64
|
2
|
Golkar
|
115
|
68,45
|
120
|
71,43
|
3
|
PPP
|
106
|
63,10
|
114
|
67,86
|
4
|
PKB
|
110
|
65,48
|
118
|
70,24
|
5
|
PKS
|
120
|
71,43
|
124
|
73,81
|
Jumlah
|
562
|
334,52
|
593
|
352,98
|
|
Rata-rata
|
112,4
|
66,90
|
118,6
|
70,60
|
Kerjasama siswa dalam kelompok diskusi sebagaimana tabel di atas, dapat
diuraikan bahwa rata-rata prosentase pada siklus I sebesar 66,90 %. Jadi kerjasama siswa dalam kelompok sudah
cukup baik pada siklus I. Namun dalam
siklus II, kerjasama siswa dalam kelompok mengalami peningkatan, yaitu menjadi
70,60 %. Jadi kerjasama siswa dalam kelompok sudah termasuk baik.
Dengan demikian kerjasama siswa dalam kelompok yang dilaksanakan dalam
kegiatan pembelajaran sudah baik.
4.2.3
Hasil
Evaluasi
Berdasarkan hasil evaluasi
yang dilakukan pada pra tindakan, siklus I, dan siklus II (lihat lampiran 3,
lampiran 6, dan lampiran 8), maka dapat diketahui sebagaimana dalam tabel
berikut ini:
Tabel
4.9 Perbandingan Hasil Evaluasi
No
|
Kegiatan
|
Tuntas
|
Belum Tuntas
|
||
Jml
|
%
|
Jml
|
%
|
||
1
|
Pra Tindakan
|
23
|
65,71
|
12
|
34,29
|
2
|
Siklus I
|
27
|
77,14
|
8
|
22,86
|
3
|
Siklus II
|
30
|
85,71
|
5
|
14,29
|
Hasil evaluasi menunjukkan terdapat kenaikkan yang tuntas belajar dari 23
siswa (65,71%) pada pra tindakan menjadi 27 siswa (77,14 %) pada siklus I, dan
menjadi 30 siswa (85,71 %) pada siklus II.
Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan dari 12 siswa (34,29
%) pada pra tindakan menjadi 8 siswa (22,86 %) pada siklus I, dan menjadi 5
siswa (14,29 %) pada siklus II.
4.2.4
Pembuktian Hipotesis Tindakan
Berdasarkan hasil analisis penelitian sebagaimana dijelaskan di atas,
maka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa “jika metode bermain peran dan diskusi
digunakan dalam pembelajaran, maka penguasaan konsep pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan pada siswa kelas VIIIE
SMPN 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat akan meningkat”,
dapat diterima.
|
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian dalam bab
terdahulu, dapat diuraikan sebagai berikut
:
5.1.1
Prestasi belajar siswa yang berupa penguasaan konsep
menunjukkan kenaikan, yang ditunjukkan oleh hasil evaluasi belajar yang tuntas
belajar dari 23 siswa (65,71%) pada pra tindakan menjadi 27 siswa (77,14 %)
pada siklus I, dan menjadi 30 siswa (85,71%) pada siklus II.
5.1.2
Sedangkan yang belum tuntas belajar mengalami penurunan
dari 12 siswa (34,29 %) pada pra tindakan menjadi 8 siswa (22,86 %) pada siklus
I, dan menjadi 5 siswa (14,29 %) pada siklus II.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar dengan
menggunakan metode bermain peran dan diskusi dapat meningkatkan penguasaan
konsep materi pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VIIIE SMP Negeri 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013.
Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis tindakan yang menyatakan bahwa
“jika metode bermain peran dan diskusi digunakan dalam pembelajaran, maka
penguasaan konsep pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada siswa kelas VIIIE SMPN 2 Cipeundeuy, Kabupaten Bandung
Barat akan meningkat”, dapat diterima.
5.2
|
Berdasarkan hasil kesimpulan di atas, maka dapat disampaikan saran-saran
sebagai berikut :
5.2.1
Dengan situasi dan kondisi tertentu, maka penggunan
metode diskusi dapat me-ningkatkan prestasi belajar siswa pada pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan. Kepada para guru diharapkan dapat semakin aktif dan
kreatif dalam memilih metode dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat
meningkatkan prestasi be-lajar siswa.
5.2.2
Penggunaan metode diskusi juga dapat meningkatkan
motivasi belajar, yang berupa kerjasama siswa dalam kelompok diskusi dan sikap
siswa dalam kegiatan pembelajaran. Kepada Kepala Sekolah hendaknya dapat
mengambil kebijakan tentang perlunya melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) bagi setiap guru, agar motivasi belajar siswa juga semakin meningkat.
5.2.3
Kegiatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) apabila
dilaksanakan dengan baik membutuhkan berbagai sarana yang sangat besar. Kepada
Kepala Sekolah hen-daknya dapat mengusahakan agar ketersediaan sarana bagi para
guru dalam melaksanakan PTK terus ditingkatkan.
|
Arikunto, Suharsimi, Suhardjono, Supardi. 2006.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
PT Bumi Aksara.
Departemen Pendidikan
Nasional. 2005. Materi Pelatihan
Terintegrasi Pendidikan Kewarganegaraan, Buku 2. Jakarta: Direktorat
Pendidikan Lanjutan Pertama
Hisyam Zaini, Bermawy
Munthe, Sekar Ayu Aryani. 2004. Strategi
Pembelajaran Aktif. Yogyakarta: CTSD.
Ketetapan MPR RI No. IV/MPR/1999, Tentang GBHN. Surabaya: Penabur Ilmu.
Miarsa, Yusufhadi. 1995. Peningkatan Mutu Pendidikan, Jurnal
Teknologi Pembelajaran. Malang: IPTPI.
Mulyasa, E.. 2005. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset.
Nazir, Moh. 1988. Metode
Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Oemar Hamalik. 1992. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru.
Saiful Rachman, Yoto, Syarif Suhartadi, Suparti. 2006. Penelitian
Tindakan Kelas dan Penulisan Karya Ilmiah. Surabaya: SIC Bekerjasama Dengan
Dinas P dan K Provinsi Jawa Timur.
Slameto. 1991. Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit
Semester (SKS). Jakarta: Bumi Aksara.
Soetomo. 1993. Dasar-dasar Interaksi Belajar Mengajar. Surabaya: Usaha Nasional.
No comments:
Post a Comment